Senin, 13 Februari 2012

Fenomena Foreign Accent Syndrom : Mendadak Bisa Bicara Aksen Bahasa Asing

Foreign Accent Syndrome (FAS) Biasanya terjadi pada pasien yang habis operasi, mengalami trauma, atau gegar otak yang membuat mereka bisa berbahasa asing dan bicara dalam aksen yang tak dikenal sebelumnya.

Secara medis tidak ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, hanya saja penderita bisa berbicara menggunakan bahasa asing tanpa pernah berkunjung atau mempelajari bahasa tersebut.

Ucapan yang dikeluarkan oleh penderita FAS dapat berubah dalam beberapa waktu, perubahan intonasi dan penempatan lidah yang berbeda sehingga terdengar asing. Ucapan yang dikeluarkannya tetap bisa dimengerti meski tidak selalu terdengar teratur.

Kasus FAS yang telah didokumentasikan di seluruh dunia berbeda-beda, ada yang berubah dari aksen Jepang ke Korea, Inggris ke bahasa Perancis atau bahasa Spanyol ke bahasa Hungaria.

Beberapa perubahan gaya bicara yang umum terkait dengan FAS meliputi:

1. Kesalahan berbicaranya bisa diprediksi.
2. Adanya penggantian, penghapusan atau distorsi dari huruf konsonan.
3. Kesalahan dalam pengucapan misalnya 'bike' menjadi 'pike'.
4. Adanya distorsi, perpanjangan atau subtitusi dari huruf vokal.
5. Bermasalah dengan gugus konsonan.
6. Menggunakan kata 'uh' ketika menyisipkan kata-kata.

Untuk mendeteksi gangguan FAS ini harus melibatkan ahli saraf (untuk mendeteksi adanya cacat neurologis), radiolog (untuk mendeteksi cedera, fungsi, struktur atau sirkulasi darah di otak), psikolog (untuk mempelajari dan menganalisis psikologis pasien) serta patolog bicara (untuk menilai cara membaca, menulis dan bahasa pasien). Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik lengkap mulai dari mulut seperti gerakan rahang, lidah dan bibir.

Hingga kini belum ada obat yang bisa digunakan untuk mengobati FAS, tapi terapi berbicara telah menunjukkan beberapa perbaikan pada diri pasien. Perawatan yang dilakukan bagi pasien FAS bertujuan untuk mengurangi aksen asing sehingga bisa berbica.

Beberapa contoh kasus Foreign Accent Syndrome
Spoiler for Migrain Sebabkan Orang Inggris Berlogat China:

VIVAnews - Seorang perempuan Inggris tengah menderita sindrom yang jarang terjadi. Gara-gara sakit migrain yang parah di kepala, perempuan bernama Sarah Colwill itu kini berbicara dengan logat mirip orang China saat bercakap-cakap dengan bahasa Inggris.

Sejumlah media massa di Inggris mengungkapkan bahwa perempuan berusia 35 tahun itu kemungkinan mengidap sindrom aksen orang asing (Foreign Accent Syndrome / FAS), yang menyebabkan penderita sulit kembali berbicara dengan dialek normal.

Sejak kecil, Colwill selalu tinggal di Plymouth sehingga berbicara bahasa Inggris logat Devon. Namun, sejak menderita migrain akut, orang-orang dan Colwill sendiri merasa gaya bicaranya sudah berubah menjadi mirip logat yang sering diucapkan orang China saat berbahasa Inggris.

"Saya merasa frustrasi. Saya ingin kembali berbicara dengan normal...Padahal saya belum pernah ke China," kata Colwill seperti dikutip laman harian The Telegraph, Senin 19 April 2010.

Setelah diperiksa dokter, warga kota Devon ini mengungkapkan bahwa gangguan berbicara yang dia alami terkait dengan penyakit migrain. Menurut laman harian the Guardian, sudah sekitar sepuluh tahun Colwill menderita sakit kepala, namun baru awal tahun ini dia mengetahui dari dokter bahwa dirinya mengidap migrain akut - sporadic hemiglephic migraine.

Kondisi itu menyebabkan pembuluh darah di otak menyebar sehingga mengakibatkan gejala mirip stroke, yaitu kelumpuhan pada organ tubuh tertentu. Efek migrain pada umumnya berlangsung selama tujuh hari, namun Colwill sering menderita sakit migrain, yang menyebabkan kerusakan pada otaknya pada 20 Maret lalu.

Perempuan Inggris yang lahir di Jerman itu pernah menelpon nomor bantuan darurat 999. Namun petugas yang menerima telepon menyangka Colwill adalah orang China, karena tidak berbicara layaknya orang Inggris.

"Pada pekan-pekan pertama, saya merasa gaya bicara saya ini terdengar lucu, namun logat bicara mirip orang China ini tidak bisa hilang sehingga membuat saya terganggu. Ini bukanlah suara saya," kata Colwill kepada The Guardian.

Tim dokter yang merawat Colwill tengah memeras otak untuk mencari cara yang tepat menyebuhkan pasien penderita FAS.

Pakar fonetik dari Universitas Oxford, John Coleman, menilai sindrom FAS yang dialami Colwill itu jarang terjadi. "Sindrom itu diakibatkan stroke dan kerusakan otak, namun kondisi itu begitu jarang terjadi sehingga penelitian atas kasus itu terbatas," kata Coleman seperti yang dikutip harian Daily Mail.

Kasus FAS pertama terjadi di Norwegia pada 1941. Saat itu seorang gadis Norwegia terkena pecahan bom pesawat sehingga merusak otaknya. Logat bicara korban akhirnya mirip orang Jerman.
• VIVAnews


Spoiler for mengalami perubahan aksen bicara setelah bedah gigi:

Karen Butler, wanita berusia 56 tahun, mengalami perubahan aksen bicara, dari aksen Amerika menjadi aksen campuran antara Inggris, Irlandia, dan Eropa. Perubahan itu dialami setelah bedah gigi pada tahun 2009.

Dokter memiliki hipotesis bahwa Butler mengalami sindrom aksen asing (foreign accent syndrome/FAS), kelainan saraf yang mengubah intonasi dan nada bicara. FAS itu berkembang setelah Butler mengalami stroke ringan saat masih dalam terbius.

Bagi orang yang bukan ahli bahasa, penderita FAS terdengar berbicara dengan suatu aksen. Akan tetapi, bukti dari berbagai penelitian mendapati bahwa aksen penderita FAS bisa benar-benar asing. Seorang ahli bahasa bisa mengenali bahwa seorang penderita FAS tidak berbicara bahasa Inggris dengan aksen Skotlandia, meskipun sekilas terdengar demikian oleh orang non-ahli.

Asumsi lain yang tidak benar adalah, penderita FAS secara tiba-tiba mengenal suatu bahasa asing. "Kondisi itu tidak berhubungan dengan mengenal bahasa baru," jelas para dokter.

Awalnya, FAS dikira sebagai masalah mental. Tapi penelitian kemudian menunjukkan adanya kelainan saraf, tepatnya saraf di otak kiri bagian depan yang berhubungan dengan bahasa. Penelitian itu didukung oleh penelitian-penelitian lain yang menyimpulkan bahwa FAS bukanlah kelainan kondisi mental, melainkan fisik.

FAS merupakan sindrom yang jarang terjadi. Sejak tahun 1900-an, hanya ada 60 kasus yang terdokumentasi.

Sebelumnya, dokter bedah menyebutkan bahwa aksen Butler akan kembali seiring membaiknya kondisi setelah operasi. Nyatanya, hari ini setelah kondisi Butler membaik, aksen asingnya tetap bertahan. FAS sudah memberi Butler "identitas baru." (Sumber: Discovery News)

0 komentar:

Posting Komentar