Rabu, 23 November 2011

The International

|0 komentar

Film ini menceritakan tentang seorang agen Interpol bernama Louis Salinger bersama seorang partnernya Eleanor Whitman seorang pengacara yang bekerja pada distrik Manhattan, New York. Keduanya menyelidiki kasus penjualan misil ke China dan Turki yang dilakukan oleh sebuah bank Internasional IBBC (International Bank and Business Credit). Pemeran utama dimainkan oleh Clive Owen sebagai agen Louis Salinger dan Naomi Watts sebagai Eleanor Whitman.


Cerita berawal dari terbunuhnya Tommy, partner kerja Salinger ketika sedang mencari informasi tentang penjualan senjata misil di Berlin yang diduga akan dilakukan IBBC kepada Turki dan China. Dengan terbunuhnya Tommy tersebut semakin menguatkan dugaan bahwa memang benar IBBC akan melakukan penjualan misil kepada kedua pihak tersebut. Kemudian di susul kematian seorang whistle blower bernama Umbro Calvini pemilik perusahaan Calvini Defense yang bergerak pada bidang pembuatan dan penjualan sejata. Calvini merupakan informan Salinger untuk masalah penjualan senjata yang dilakukan oleh IBBC di Italia.IBBC digambarkan sebagai penguasa tunggal yang menguasai segala kehidupan yang ada di sekitar lingkungannya. Dengan kekayaan yang ada IBBC mempunyai kuasa akan segala hal. Sehingga setiap gerak-geriknya seakan-akan tidak tersentuh dan mendapat back up atau ‘bantuan’ dari orang yang tidak diketahui wujudnya. Kasus-kasus yang ada sangkut-pautnya dengan bank tersebut tidak terselesaikan secara tutas. Atau kasusnya dianggap tidak mempunyai bukti yang kuat sehingga putus ditengah jalan.


Kepentingan merupakan salah satu yang menjadi alasan mengapa setiap apa yang di lakukan oleh IBBC menjadi samar-samar bahkan mengindikasikan untuk disembunyikan keberadaanya dari publik. Berbagai kepentingan yang melekat pada setiap tindakan yang dilakukan oleh IBBC menjadikannya kebal terhadap hukum yang berlaku. Mengakibatkan semua kasus yang melanda dan menyangkut akan keberadaan atau eksistensi IBBC menjadi perhatian para petinggi pemegang kepentingan.Dengan sumber kekayaannya ia membeli kekuaasaan. Segala hal dilakukan untuk meloloskan niatnya dalam menjual senjata, bahkan memberikan bantuan dana pada negara-negara yang sedang berkonflik seperti di Afrika. Salinger muncul sebagai seorang yang sedang mencari kebenaran akan hal itu. Walaupun ia dan Eleanor mendapat banyak kesulitan dalam mengungkap kasus tersebut ia terus berjuang demi terungkapnya kebenaran tersebut.Sumber kekuasaan yang ada pada IBBC berasal dari kekayaan yang dimilikinya. Maka dari itu IBBC dapat memperolah kekuasaan yang tak terbatas. Digambarkan pada film itu IBBC bahkan sanggup menbayar seorang perwira tinggi polisi untuk melancarkan aksi pembunuhan di Italia. Dengan banyaknya infiltrasi yang dilakukan oleh IBBC tidak mustahil bahwa IBBC mampu mengendalikan keadaan yang ada disekitarnya.

Pada akhir cerita dilukiskan bahwa semua kejahatan dan tindakan yang dilakukan oleh IBBC dibocorkan oleh media massa. Media mengungkap kasus kejahatan, penjualan senjata, serta konspirasi yang dilakukan oleh IBBC kepada berbagai pihak yang mendukung setiap tindak tanduk IBBC di dunia.

THE SIXTH SENSE (FILM HOROR TENTANG ANAK YANG MEMPUNYAI INDRA KE ENAM)

|0 komentar

Shyamalan yang berdarah India menyajikan kisah yang jarang dieksplorasi perfilman Hollywood. Tentang seorang anak yang mempunyai indera keenam. “Kelebihan” yang tak jarang membuat si empunya ketakutan setengah mati.


Apalagi bagi anak sekecil Cole (Haley Joel Osment, dengan penampilan menawan). “I see dead people, “ rintihnya pada Dr Crowe (Bruce Willis), psikiater yang membantunya menjalani hari – harinya yang pahit. Bagi anak seusianya dengan kemampuan yang dimilikinya, Cole memang tumbuh menjadi anak yang pemalu, pendiam dan dianggap aneh oleh teman – temannya. Ibunya sendiri (Toni Collette) pun tak dibaginya rahasia itu.


Namun ada saatnya Cole harus menghadapi akibat dari kemampuan yang dimilikinya, bukannya terus menerus menghindar. Maka ia pun mulai mencari tahu apa arti dari kehadiran makhluk gaib yang biasa dilihatnya pada saat malam. Dan berbeda dari kebanyakan hantu di film nasional, hantu di Sixth Sense muncul untuk sebuah alasan jelas : mereka memerlukan pertolongan dari yang hidup. Dan Cole pun harus menjalankan “tugas” itu.

Sebagai horor, Sixth Sense memenuhi khittah-nya. Namun ia pun tak melupakan kodratnya untuk menyajikan tontonan yang baik. Juga sebagai tontonan yang logis, yang teramat sering diabaikan dalam perfilman kita (tak hanya dalam genre horor). Shyamalan menuntun kita, memenuhi rasa ingin tahu kita akan kemunculan hantu – hantu itu (yang meski tak digambarkan semengerikan yang diperlihatkan dalam film kita, namun tak kurang membuat penonton terhenyak). Dan di akhir cerita, membuat twist yang luar biasa. Amat tak disangka – sangka oleh sebagian besar penonton.

tips menghadapi putus cinta

|0 komentar
Jangan sampai perpisahan Anda dengan mantan kekasih mengakibatkan kesedihan yang berlarut-larut juga stres yang berkepanjangan. Anda harus bangkit dan kembali menjalani hidup. Ini kiatnya.


Menerima
Yang pertama kali harus Anda lakukan adalah menerima keputusan yang sudah dibuat. Saat memutuskan berpisah, Anda dan mantan kekasih pasti sudah melewati banyak fase dan memiliki beragam pertimbangan. Untuk itu terimalah keadaan ini.

Jaga jarak
Hal ini bukan bertujuan untuk memutuskan tali silaturahmi. Namun setelah putus, sebaiknya Anda dan kekasih menjaga jarak terlebih dahulu. Kondisi emosional Anda dan dia belum stabil. Jangan sampai pertemuan-pertemuan yang tidak perlu justru membuat Anda dan mantan membuat keputusan yang akan disesali nantinya.

Berhenti menyalahkan
Kondisi emosional akan terus terganggu jika Anda terus-menerus membahas kesalahan mantan ataupun kesalahan Anda sendiri. Jangan lagi terpaku pada masa lalu. Jika memang ada kesalahan yang Anda perbuat di hubungan yang lalu, jangan lagi menyalahkan diri sendiri. Perbaikilah diri Anda agar sukses menjalankan hubungan di masa mendatang.

Nikmati kesendirian
Jangan terburu-buru memulai hubungan yang baru. Jangan pernah memulai hubungan karena alasan kesepian. Cobalah nikmati kesendirian Anda terlebih dahulu. Inilah saatnya Anda menikmati waktu dengan para sahabat juga keluarga. Terburu-buru memiliki hubungan baru justru memperbesar risiko Anda mengulangi kesalahan yang sama.

Jangan balas dendam
Balas dendam adalah salah satu tanda bahwa Anda belum rela melepaskan mantan. Lagi pula, tujuan balas dendam hanya akan menyakiti diri Anda sendiri. Berusaha membuat mantan cemburu dan sebagainya hanya akan membuat kesedihan Anda makin berlarut-larut.

Menjalankan hobi
Jika sebelumnya waktu Anda habis untuk berduaan dengan pasangan saja, inilah waktunya melakukan hal-hal yang Anda sukai tanpa memikirkan perasaannya. Anda bisa bersepeda, menyelam, atau sekedar menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan untuk melepas stres.

Bersyukur
Ini mungkin terdengar aneh, tapi yakinlah bahwa perpisahan mungkin jalan terbaik bagi Anda dan mantan untuk saat ini. Seperti yang telah ditulis pada poin pertama, keputusan berpisah bukanlah keputusan terburu-buru, melainkan sudah dipikirkan baik-baik. Mungkin saja perpisahan ini adalah jalan untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik.

Bagaimanapun, perpisahan jangan dijadikan alasan untuk menarik diri dari kehidupan sosial. Perpisahan juga bukan alasan untuk “mengobral” diri kepada siapa pun yang Anda anggap menarik. Percayalah, segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan.
Jika Anda merasa perpisahan kali ini sangat menyakitkan, yakinlah, waktu yang akan menyembuhkan perasaan Anda. Semoga berbahagia!

tes

|0 komentar

cara mengetahui wanita yang menyukai anda

|0 komentar
Sebagai perempuan anda mungkin tidak menyadari kalau bahasa tubuh anda menunjukkan perasaan hati anda. Ada sepuluh tanda yang bisa menunjukkan bahwa anda sedang memiliki ketertarikan pada seorang laki-laki. Apa sajakah itu?


1. Tersenyum lebar dengan wajah yang relaks sehingga gigi bagian atas dan bawah terlihat sempurna.

2. Menatap dengan pandangan penuh minat dan pupil matanya terlihat membesar (keadaan ini tidak berlaku jika anda baru saja menegak obat terlarang).

3. Menggigit bibir sedikit ketika menatap lawan jenis atau membasahi bibirnya. Kadang-kadang perempuan yang sedang menatap laki-laki yang ditaksirnya secara tidak sengaja akan memainkan lidah dengan menyentuh gigi depannya.

4. Ketika sedang bercakap-cakap, secara perlahan akan bermain-main atau
menggoyang-goyangkan gelas cocktail dengan ibu jari dan telunjuk.

5. Duduk dengan rapi di hadapan laki-laki yang ditaksirnya dan uratnya kelihatan agak tegang (mungkin juga karena jantung anda deg-degan berada di dekatnya).

6. Meninggikan atau merendahkan volume suaranya agar seimbang dengan lawan bicaranya.

7. Menyentuh atau menggosok-gosok dagu. Tindakan ini mengindikasikan bahwa anda sedang memikirkan dirinya dan menghubungkan Anda berdua dalam pikiran atau khayalan anda.

8. Jika merokok, kemungkinan akan menghembuskan asap ke arah laki-laki yang ditaksirnya.

9. Mengedipkan mata ketika sedang berbicara atau mengedipkan mata pada laki-laki yang ditaksirnya dari kejauhan.

10. Jika membuka telapak tangannya menghadap pada laki-laki yang ditaksirnya, kemungkinan besar mengharapkan untuk terus ditemani.

tips buat para jomblo

|0 komentar


1. Nggak Males !
Kata 'Males' harus dicoret dari daftar kegiatan kamu, bahkan dari menu keseharianmu.
Wajah cantik atau ganteng, belum cukup buat modal kamu untuk menarik lawan jenis kamu.

Makanya jangan males untuk mengembangkan diri kita semaksimal kemampuan yang kita punya.
Kalau perlu perbanyak program pengembangan diri, biar makin lihai.


2. Jangan Jadi orang JUTEK!
Menjadi orang yang ramah dan murah senyum itu banyak untungnya juga.
Yang pasti kita bakal disukai oleh orang yang kita temui. Kesan pertama akan beda, dan akan selalu diingat.

Sebenarnya gampang untuk jadi Cowok atau Cewek yang ramah,
dengan bersikap nggak Jutek. Tapi jangan sampai SKSDSA
alias Sok Kenal Sok Deket Sok Akrab ama tiap orang dalam kesempatan yang nggak penting - penting amat.
Dan satu lagi, jangan asal senyum ke semua orang kalau belum yakin bakalan nggak ada yang respon,
malah bakal ngejatuhin image kita.


3. Feminim and Maskulin !
Beauty and Handsome nggak selalu identik dengan body langsing, berlekuk indah atau kulit putih,
buat yang cewek, atau body atletis, bermuka macho dan dada/perut berbidang buat yang cowok;
tapi lebih bagaimana kita mau appreciate atau mengahargai tubuh kita sendiri.

Artinya, selain menjaga tubuh dan merawat tubuh kita dengan baik,
jangan lupa mengisi jiwa dan pikiran kita dengan hal -hal yang positif dan bermanfaat.
Jadi kita bisa jadi lebih enak diajak ngobrol oleh teman kita,
nah inilah senjata / magnet buat merebut perhatian lawan jenis kita.


4. Tebar Jaring !
Menebar pesona juga harus dibarengin ama menebar jaring - jaring alias pukat penarik cinta.
Perbanyak kesempatan bergaul kesemua lapisan dan perkumpulan.
Tapi jangan ke perkumpulan yang nggak - nggak yaa... Khan banyak sekarang perkumpulan hobby kita.

Tinggal pilih, lalu join ke dalam dah. Justru cinta kadang - kadang muncul dan melekat ke kita ditempat - tempat yang tidak terduga.
Siapa tahu ada cowok atau cewek yang nyantol ama kita.


5. Atur Waktu kamu!
Tanpa harus melupakan aktivitas kita sehari - hari,baik masih belajar atau udah kerja,
nggak ada pantangan untuk kita buat meng-update jadwal acara kita buat terjun ke tempat-tempat keramaian,
seperti mal, liga olahraga, atau pagelaran teather; itu khan area pedekate bahkan berburu yang potensial.

Kalau nggak sering terjun ke keramaian kapan ada cowok atau cewek yang melihat kita,
atau yang iseng ngeggoda atau melihat kita tampil di depan publik, emang artis aja yang bisa...? hohohoho


6. Positive Thinking !
Ini yang terpenting dalam menjalankan keseharian, biar jomblo, tapi kudu berpikir positif.
Sehingga selalu terpacu untuk terus maju dan tidak pasrah ama ke-jombloan kita.
Udah nggak jaman lagi bagi yang cewek buat diam dan menunggu diajak cowok.
Berpikirlah positif,"Pasti ada yang bisa atau mau diajak jalan ma gue!".

Bagi para cowok, berpikir positif disegala hal, setelah ngelakuin no 1 sampe no 5,
masa sih nggak ada cewek yang tertarik, atau mulai mendekat.
Tapi inget kata ngajak jangan disalah artikan,
ngajak yang dimaksud positifnya adalah memulai lebih dulu kepada lawan jenis untuk kenalan...


7. Pray, Effort and 'Never Give Up!'
Satu jurus sebelum pamungkas adalah Pray,Effort, and 'Never Give Up!'.
Bagi para jomblo, jangan berhenti berdoa, berharap dan berusaha,
karena dimana kita berusaha pasti selalu ada jalan yang diberikan.
Dan 'Never Give Up!' untuk terus mengembangkan diri, berkenalan,
menambah wawasan, berpikir positif, dan mencari pasangan.

Inget! berusaha tanpa didahului doa! Biar gimanapun, curhat ke Tuhan lebih enak dibanding ke seseorang, bisa bocor.
Jurus yang ampuh, doakanlah tipe cowok atau cewek idola kamu tiap kamu berdoa,
siapa tahu akan menjadi kenyataan dan dibukakan jalan olehNya!


8. Update ke-GAPTEK-an kamu!
Nah, jurus akhir dari gw, dan mungkin agak modern dikit yaitu adalah 'Jangan GapTek' alias Gagap Teknologi.
Sekarang ini makin banyak sarana untuk mempermudah berkomunikasi dengan orang lain.
Selain teknologi hanphone atau Short Messaging Service (SMS) dan Chating, ada tempat dimana kita bisa mencari teman sebanyak mungkin dan memilih teman - teman kita.

lewat internet, kita bisa buka situs yang menyediakan jasa untuk bertukar obrolan dan juga gambar.
Banyak sekali kemudahan dalam berkomunikasi didalamnya. Hanya tinggal mendaftarkan email kita, login, nah... terbuka dah gerbang komunikasi lintas negara.
Jadi cobain aja yaa, siapa tahu kamu bisa ketemu dengan teman atau bahkan pasangan kamu.

mengenal Angka dan Sistem Penghitungan bangsa jepang

|0 komentar


Angka dan Sistem Penghitungan
Bangsa Jepang pada zaman dahulu (dan dalam jumlah yang cukup terbatas pada zaman sekarang) menggunakan angka-angka Tionghoa, yang lalu dibawa ke Korea dan sampai ke Jepang. Berikut ini adalah daftar angka-angka Jepang.

Satu 二
Dua 三
Tiga 四
Empat 五
Lima 六
Enam 七
Tujuh 八
Delapan 九
Sembilan 十
Sepuluh

Setelah Kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi oleh Eropa, angka-angka Arab mulai digunakan secara besar-besaran, dan hampir mengganti sepenuhnya kegunaan angka Tionghoa ini.
Dalam penggunaannya di Bahasa Jepang, dan untungnya juga agak mirip di bahasa Indonesia, angka-angka ini tidak bisa digunakan seperti itu saja untuk menyatakan sebuah jumlah dari sebuah barang, waktu dan sebagainya. Pertama-tama jenis barangnya harus dipertimbangkan, lalu ukurannya, dan akhirnya jumlahnya. Cara berhitung untuk waktu dan tanggal pun berbeda-beda, maka satu hal yang harus dilakukan adalah menghafalkan cara angka-angka ini bergabung dengan satuannya.

Cara menghitung barangBarang secara umum
Untuk mengucapkan 1 buah yaitu ひとつ(hitotsu) dan seterusnya menambahkan huruf tsu (つ)

Barang Panjang
Untuk mengucapkan 1 buah barang panjang (meteran) misal いっぽん(ippon). Biasa dipakai untuk menghitung jumlah pensil, botol, pohon.

Barang Tipis
Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan まい(mai) sebagai akhiran, Misal:1 lembar いちまい(ichimai) ,dst . Bisa digunakan untuk menghitung jumlah kertas, baju, perangko, dan benda tipis lainnya.

Barang Besar
Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan だい(dai) sebagai akhiran, Misal : 1 buah いちだい (ichidai),dst . Bisa digunakan untuk menghitung jumlah barang elektronik yang besar, atau barang besar pada umumnya, seperti televisi, kulkas, rumah, mobil dan sebagainya

Cara menghitung orang
Untuk mengucapkan seorang dan seterusnya menggunakan angka biasa ditambahi satuan にん(nin), misal: 3 orang さんにん (sannin) 7 orang しちにん (shichinin)

Senin, 21 November 2011

15 diktator dunia yg berhasil digulingkan

|0 komentar
Diktator diidentikan dengan pemerintahan bertangan besi. Seringkali nasib para penguasa ini berakhir tragis. Tewas dibunuh, atau terusir secara menyakitkan dari negaranya sendiri. Majalah Time mengeluarkan daftar 15 diktator terbesar yang berhasil digulingkan. Siapa saja mereka?

1. Muammar Khadafi

Kolonel Muammar Khadafi memerintah Libya selama 42 tahun. Dia mengambil alih kekuasaan saat masih berpangkat Kapten dan berusia 27 tahun pada tahun 1969. Khadafi digulingkan dari kekuasaannya dan ditembak mati pasukan revolusi yang dibantu NATO tanggal 20 Oktober lalu.

2. Saddam Husein




Saddam Husein memimpin Irak sejak tahun 1979. Dia menghadapi AS dan sekutunya dalam dua kali perang. Pada perang teluk kedua tahun 2003, AS dan sekutunya menyerang Irak dengan tuduhan Saddam mengembangkan senjata biologi. Saddam berhasil ditangkap pasukan AS dan dinyatakan bersalah atau kejahatan kemanusiaan. Dia dijatuhi hukuman gantung tahun 2006.

3. Adolf Hitler

Diktator Jerman sekaligus pemimpin Nazi ini mengobarkan perang dunia kedua di seluruh Eropa. Mimpinya mengembalikan kejayaan ras arya membuat dia membunuh jutaan Yahudi. Hitler akhirnya dikalahkan pasukan sekutu. Saat sekutu mencapai Jerman, dia bunuh diri dalam bunkernya.

4. Benito Mussolini


Mussolini adalah seorang fasis yang memimpin Italia. Dia mulai berkuasa saat terpilih sebagai perdana menteri tahun 1922. Saat Italia dikuasai Sekutu, Hitler yang menjadi sekutunya mengirimkan pasukan komando Jerman untuk membebaskan Mussolini dari tahanan Sekutu. Nasib Mussolini berakhir tragis, dia ditangkap simpatisan komunis dan dibunuh di Danau Como, Italia. Mayatnya kemudian digantung terbalik di Piazzale Loreto, Milan.

5. Pol Pot

Hanya 4 tahun Pol Pot dan Khmer Merah memerintah Kamboja. Tapi selama kurun waktu 1975-1979, tidak kurang dari 1,7 juta rakyat Kamboja dibantai. Pol Pot yang dipanggil 'saudara nomor satu' ini membuat Kamboja menjadi ladang pembantaian. Invasi Vietnam ke Kamboja tahun 1978 membuat Pol Pot terdesak dari Phnom Penh. Dia melanjutkan pemerintahannya dari hutan. Sebelum akhirnya persembunyiannya dibocorkan anak buahnya sendiri. Pol Pot tewas saat menjalani tahanan rumah tanggal 15 April 1998.

6. Idi Amin

Idi Amin memerintah Uganda selama 8 tahun, dari 1971 hingga 1979. Amin yang menjadi perwira militer ini merebut kekuasaan dari Perdana Menteri Milton Obote. Selama pemerintahannya, Idi Amin mengusir ribuan orang India berkewarganegaraan Inggris dari Uganda. Dia juga diduga melakukan banyak pembunuhan pada lawan-lawannya. Di masa Idi Amin pula ekonomi Uganda morat-marit. Akhirnya pejuang Uganda yang dibantu tentara Tanzania berhasil menggulingkan Idi Amin. Dia kemudian lari ke Libya dan ditampung sahabatnya Muammar Khadafi. Amin akhirnya pindah ke Arab Saudi hingga meninggal di sana tahun 2003.

7. Mobutu Sese Seko

Jenderal Mobutu Sese Seko menjadi Presiden di Kongo sejak tahun 1965 hingga 1967, setelah melakukan kudeta. Dia selalu tampil dengan kopiah bercorak macat tutulnya yang khas. Selama memerintah, Mobutu diduga melakukan banyak pelanggaran HAM. Korupsi merajalela di negara ini. Kekuasaan Mobutu berakhir setelah pasukan Laurent Kabila mengalahkannya. Mobutu kemudian lari ke Maroko dan tewas karena kanker prostat tidak lama setelahnya.

8. Nicolae Ceausescu


Nicolae Ceausescu memerintah Rumania selama 24 tahun. Di era kepemimpinannya, dibentuk polisi rahasia blok timur yang kejam. Selain itu diktator Rumania ini membawa Rumania sebagai satu-satunya negara di Eropa yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi. Dia memerintah dari 1967 hingga 1989, dia juga ketua partai komunis Rumania. Ceausescu akhirnya divonis bersalah atas kejahatan genosida dan ditembak mati di depan regu tembak.

9. Slobodon Milosevic


Slobodan Milosevic akan selalu diingat karena kejahatan perang Serbia-Bosnia. Dalam perang 1992-1995, itu, Milosevic dan pasukan Serbia membantai ribuan penduduk Muslim Bosnia. Dia kemudian diadili sebagai penjahat perang. Dia meninggal dalam selnya tahun 2006. Sementara pengadilan internasional masih mencari sisa pengikut Milosevic yang terlibat aksi genosida pada perang Bosnia.

10. Jean-Claude Duvalier

Jean-Claude Duvalier sering dipanggil 'baby doc'. Sampai saat ini, mungkin dialah orang termuda yang menjadi presiden. Pada tahun 1971, Duvalier baru berusia 19 tahun saat menggantikan ayahnya yang tewas sebagai presiden. Dia segera menjadi otoriter dan mengakibatkan kelaparan dan resesi ekonomi di Haiti. Tahun 1986, karena terdesak keadaan Duvalier melarikan diri ke Perancis. Tahun 2011 saat Haiti dilanda gempa bumi dan krisis politik.

11. Ferdinand Marcos

Siapa yang tak kenal nama Ferdinand Marcos yang terpilih sebagai Presiden Filipina pada tahun 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan ancaman komunis revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss.

Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina. Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989.

12. Husni Mubarak

Husni Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karir politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Bantuan miliaran dolar AS berhasil didapatkannya dalam rangka menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi politik Islam. Namun, pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang menewaskan 850 orang.

13. Fulgencio Batista

Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal sebagai pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak 1933. Pada tahun 1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba. Hampir semua sektor pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista. Mulai dari ekonomi, kongres, pendidikan, hingga media. Selain itu, Batista juga memperkaya dirinya sendiri dengan uang negara. Batista berhasil dilengserkan dari jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro. Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di Guadalamina, Spanyol.

14. Antonio Salazar

Nama Antonio Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling otoriter di Benua Eropa. Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga 1968. Bentuk pemerintahan Salazar disebut nasionalis konservatif, atau sebagian orang menyebutnya fasis. Salazar memegang teguh visi anakronistik, yakni bahwa Portugal masih memiliki kekuatan kekaisaran dan berhak menginvasi koloni-koloninya di selatan Afrika. Rezim Salazar dijuluki 'Estado Novo' atau negara baru, yang membanggakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, namun masih sarat dengan penindasan. Pada tahun 1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran terhadap rezim Salazar di Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak pada tahun 1968, Salazar dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan tahun 1974, Revolusi Bunga menandai berakhirnya rezim Salazar.

15. Alfredo Stroessner

Alfredo Stroessner menjadi diktator yang memimpin Paraguay nyaris selama 4 dekade sejak tahun 1954. Rezim Stroessner diwarnai oleh aksi penyiksaan, penculikan dan brutalitas polisi. Stroessner akhirnya berhasil digulingkan pada 1989 oleh para jenderal dalam rezimnya yang khawatir Stroessner mengembleng anaknya, yang pecandu kokain, sebagai penggantinya. Stroessner diketahui meninggal dalam pengasingannya di Brazil pada tahun 2006. Majalah TIME pernah menulis rezim Stroessner merupakan rezim yang bertahan paling lama di antara para diktator lain di negara barat. Rezim Stroessner berada sedikit di belakang rezim diktator Korea Utara, Kim Il Sung.

Minggu, 20 November 2011

9 Pedang Milik Nabi Muhammad SAW

|0 komentar
Ini adalah pedang-pedang yang pernah dipakai oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya untuk berdakwah, jumlah total pedang yang pernah digunakan ada 9 buah.

1. Al Ma’thur


Juga dikenal sebagai ‘Ma’thur Al-Fijar’ adalah pedang yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW sebelum dia menerima wahyu yang pertama di Mekah. Pedang ini diberi oleh ayahnya, dan dibawa waktu hijrah dari Mekah ke Medinah sampai akhirnya diberikan bersama-sama dengan peralatan perang lain kepada Ali bin Abi Thalib.
Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 99 cm. Pegangannya terbuat dari emas dengan bentuk berupa 2 ular dengan berlapiskan emeralds dan pirus. Dekat dengan pegangan itu terdapat Kufic ukiran tulisan Arab berbunyi: ‘Abdallah bin Abd al-Mutalib’.

2. Al 'Adb


Al-’Adb, nama pedang ini, berarti “memotong” atau “tajam.” Pedang ini dikirim ke para sahabat Nabi Muhammad SAW sesaat sebelum Perang Badar. Dia menggunakan pedang ini di Perang Uhud dan pengikut-pengikutnnya menggunakan pedang ini untuk menunjukkan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di masjid Husain di Kairo Mesir.

3. Dhu Al Faqar


Dhu Al Faqar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan pada waktu perang Badr. Dan dilaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan pedang ini kepada Ali bin Abi Thalib, yang kemudian Ali mengembalikannya ketika Perang Uhud dengan bersimbah darah dari tangan dan bahunya, dengan membawa Dhu Al Faqar di tangannya.

Banyak sumber mengatakan bahwa pedang ini milik Ali Bin Abi Thalib dan keluarga. Berbentuk blade dengan dua mata.

4. Al Battar


Al Battar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Pedang ini disebut sebagai ‘Pedangnya para nabi‘, dan di dalam pedang ini terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi :
‘Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS, Nabi Muhammad SAW’.

Di dalamnya juga terdapat gambar Nabi Daud AS ketika memotong kepala dari Goliath, orang yang memiliki pedang ini pada awalnya. Di pedang ini juga terdapat tulisan yang diidentifikasi sebagai tulisan Nabataean.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 101 cm. Dikabarkan bahwa ini adalah pedang yang akan digunakan Nabi Isa AS kelak ketika dia turun ke bumi kembali untuk mengalahkan Dajjal.

5. Hatf


Hatf adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Dikisahkan bahwa Nabi Daud AS mengambil pedang ‘Al Battar’ dari Goliath sebagai rampasan ketika dia mengalahkan Goliath tersebut pada saat umurnya 20 tahun.

Allah SWT memberi kemampuan kepada Nabi Daud AS untuk ‘bekerja’ dengan besi, membuat baju baja, senjata dan alat perang, dan dia juga membuat senjatanya sendiri. Dan Hatf adalah salah satu buatannya, menyerupai Al Battar tetapi lebih besar dari itu.

Dia menggunakan pedang ini yang kemudian disimpan oleh suku Levita (suku yang menyimpan senjata-senjata barang Israel) dan akhirnya sampai ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di Musemum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade, dengan panjang 112 cm dan lebar 8 cm.

6. Al Mikhdham


Ada yang mengabarkan bahwa pedang ini berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian diberikan kepada Ali bin Abi Thalib dan diteruskan ke anak-anaknya Ali. Tapi ada kabar lain bahwa pedang ini berasal dari Ali bin Abi Thalib sebagai hasil rampasan pada serangan yang dia pimpin di Syria.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 97 cm, dan mempunyai ukiran tulisan Arab yang berbunyi: ‘Zayn al-Din al-Abidin’.

7. Al Rasub


Ada yang mengatakan bahwa pedang ini dijaga di rumah Nabi Muhammad SAW oleh keluarga dan sanak saudaranya seperti layaknya bahtera (Ark) yang disimpan oleh bangsa Israel.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 140 cm, mempunyai bulatan emas yang didalamnya terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi: ‘Ja’far al-Sadiq’.

8. Al Qadib


Al-Qadib berbentuk blade tipis sehingga bisa dikatakan mirip dengan tongkat. Ini adalah pedang untuk pertahanan ketika bepergian, tetapi tidak digunakan untuk peperangan.

Ditulis di samping pedang berupa ukiran perak yang berbunyi syahadat:

“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah – Muhammad bin Abdallah bin Abd al-Mutalib.”

Tidak ada indikasi dalam sumber sejarah bahwa pedang ini telah digunakan dalam peperangan. Pedang ini berada di rumah Nabi Muhammad SAW dan kemudian hanya digunakan oleh khalifah Fatimid.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Panjangnya adalah 100 cm dan memiliki sarung berupa kulit hewan yang dicelup.

9. Qal’a


Pedang ini dikenal sebagai “Qal’i” atau “Qul’ay.” Nama yang mungkin berhubungan dengan tempat di Syria atau tempat di dekat India Cina. Ulama negara lain bahwa kata “qal’i” merujuk kepada “timah” atau “timah putih” yang di tambang berbagai lokasi.

Pedang ini adalah salah satu dari tiga pedang Nabi Muhammad SAW yang diperoleh sebagai rampasan dari Bani Qaynaqa. Ada juga yang melaporkan bahwa kakek Nabi Muhammad SAW menemukan pedang ini ketika dia menemukan air Zamzam di Mekah.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 100 cm. Didalamnya terdapat ukiran bahasa Arab berbunyi: “Ini adalah pedang mulia dari rumah Nabi Muhammad SAW, Rasul Allah.”

Pedang ini berbeda dari yang lain karena pedang ini mempunyai desain berbentuk gelombang.

Cara Jepang mengharamkan rokok

|0 komentar

Informasi tentang cara Pemerintah Jepang dalam “mengharamkan” rokok di negaranya. Tidak perlu pake MUJ (Majelis Ulama Jepang).

Ini menunjukkan bentuk kepedulian Jepang akan kesehatan dan kenyamanan warganya.

* Tahun 2004, Pemerintah Jepang menaikan harga rokok. Dengan dinaikannya rokok, tidak menyebabkan ongkos angkot, taksi, dll menjadi naik toh? (Di Jepang ada angkot ga ya?)

* Tahun 2007 akhir, Pemerintah Jepang memasang larangan merokok di semua taksi di Jepang, tidak terkecuali untuk pengemudinya. Kalau di Indo kan, penumpang mengalah kepada sopir taksi yang merokok.

* Tahun 2008, Pemerintah Jepang mengeluarkan kartu “Taspo”, yaitu semacam SIK (Surat Ijin Merokok), dengan tujuan anak di bawah umur 20 tahun tidak boleh merokok. Masing-masing perokok wajib terdaftar sebagai perokok dan wajib memiliki kartu tersebut. Kartu Taspo ini sangat sakti. Mesin penjual rokok atau toko tidak akan menjual rokoknya kepada yang tidak memiliki kartu ini.

* Kartu ini juga akan mendeteksi presentase pengguaan rokok per bulan dalam hitungan grafik, yang berhubungan dengan kesehatan dunia dan sebagainya.

* Rokok di Jepang dibuatkan semacam klasifikasi dari 10 s/d 1. Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kepada perokok untuk berhenti secara alami. Klasifikasi tingkat 10 adalah yang paling berat, baik itu kadar tar, nikotin, dll. Setelah itu kia biasakan dengan rokok klasifikasi 9, 8, 7, dst., akhirnya klasifikasi tingkat-1, yaitu rokok yang paling ringan. Kalau sudah terbiasa menghisap rokok klasifikasi-1, tidak merokok sama sekali pun kita bisa.

* Merokok sambil berjalan bisa didenda 5000 yen/ 400 rebu di tempat!

* Akhir 2009, dikabarkan harga rokok akan naik berlipat-lipat, dari 300 yen menjadi 900 yen. Dijamin, gaji akan habis kalau nekad beli rokok tiap hari.

Semua karena pemerintah peduli kepada warganya. Tanpa perlu fatwa-fatwa.

Lima Tanda Hubungan Akan Berakhir

|0 komentar
Ada kalanya hubungan asmara yang dijalani terasa hambar dan membosankan. Terutama, jika Anda dan pasangan mulai sibuk masing-masing dan tak berusaha untuk meluangkan waktu bersama.


Hati-hati jika sedang dalam 'proses' ini. Bisa jadi, hubungan Anda hanya tinggal menunggu waktu, untuk berakhir pada perpisahan. Menurut Dr. Ian Kerner, seorang konselor seks dan hubungan ada lima tanda yang muncul saat hubungan berisiko tinggi mengalami perpisahan.

1. Tak tertarik untuk saling bercerita
Jika Anda merasa bosan dan tidak tertarik untuk mulai berbicara dengan pasangan. Atau, pasangan tidak berusaha untuk membuat pembicaraan dan bercerita, menurut Kerner, ini bisa jadi tanda awal perpisahan.

"Keadaan ini membuat hbungan berada dalam kondisi yang sangat rapuh," kata Kerner, seperti dikutip dari Self.com

2. Tak peduli dengan orang terdekat pasangan dan sebaliknya
Sebagai kekasih, Anda tentu juga menaruh perhatian pada keluarga, teman atau sahabat pasangan. Jika hal ini mulai berkurang atau Anda sama sekali tak ingin peduli, merupakan tanda jelas kalau ikatan dengannya mulai meluruh.

3. Tiba-tiba gila kerja
"Menenggelamkan diri pada pekerjaan membuat Anda lebih sulit ditemui dibandingkan sebelumnya," kata Kerner.

Bisa jadi Anda memang sengaja untuk menyibukkan diri untuk mengurangi frekuensi bertemu dengan pasangan. Atau, tanpa sadar Anda melakukannya karena memang sudah kehilangan ketertarikan.

4. Lebih ingin menghabiskan waktu bersama teman
Saat diajak menghabiskan waktu berdua, Anda lebih memilih untuk mengajak teman-teman. Alasannya, agar suasana jadi lebih menyenangkan. Ini bisa jadi tanda kalau Anda berusaha menghindari momen intim dengan pasangan.

5. Tak mendukung satu sama lain
Apakah Anda selalu berkomentar negatif terhadap pencapaiannya? Atau sebaliknya, apakah pasangan selalu membuat Anda merasa kurang percaya diri dengan komentar pedasnya? Ini merupakan tanda kalau Anda dan dia sudah tak saling mendukung dan malah menjatuhkan. Pertengkaran biasanya terus-menerus terjadi dan bisa berakhir pada perpisahan.

Cacing Gelang Bisa Bikin Awet Muda

|0 komentar
VIVAnews - Makin banyak cara untuk menjaga penampilan agar tetap terlihat awet muda di usia senja. Bukan hanya botoks, operasi plastik atau menjalani prosedur laser. Tapi, juga dengan memanfaatkan cacing gelang.


Seorang ahli biokimia asal San Fransisco, Amerika Serikat, kini sedang dalam proses pengembangan obat yang bisa memperlambat proses penuaan. Adalah Cynthia Kenyon dengan timnya dari Hillblom Center for the Biology of Aging, berhasil memperpanjang hidup cacing gelang sebanyak enam kali lipat.
Cacing gelang diketahui memiliki umur yang sangat pendek, yaitu hanya 10 hari dan mati dalam waktu dua minggu. Namun, Kenyon dan tim berhasil memperlambat proses penuaan cacing gelang hingga usianya bisa mencapai 84 hari.

Mereka melakukan manipulasi gen pada DNA cacing gelang, yang dikenal dengan nama daf-2. Ini mutasi gen yang sama dan ditemukan pada manusia yang usianya mencapai 100 tahun. Mutasi daf-2 bisa menjelaskan alasan mengapa beberapa hewan memiliki harapan hidup yang berbeda.

"Cacing gelang seharusnya mati beberapa waktu lalu. Tapi tidak mati, bahkan bergerak dan terlihat muda," kata Kenyong, seperti dikutip dari Daily Mail.

Nantinya, manipulasi gen pada cacing gelang, akan diolah menjadi obat awet muda. Kenyon mengklaim, obat ini akan tersedia dalam waktu 15 tahun mendatang.

sumber


  1. Ironi seorang pria
  2. pengorbanan seorang ibu
  3. inspiring story anak yang mencoret mobil ayahnya
  4. pelajaran dari Niccolo Paganini
  5. 10 nasihat dari albert eisten
  6. Dialog Sang Penjual Jam
  7. Sebuah Pelajaran Untuk Disampaikan (Inspiring Story)
  8. diuji dengan 4 nyawa
  9. beban hidup
  10. diam adalah emas
  11. seandainya
  12. please don't cry
  13. Kisah Seorang Aktris Porno Yang Meninggalkan Karirnya
  14. Belajar dari kupu-kupu
  15. Belajar Mengasihi Dari Malaikat Kecil
  16. Perjuangan Hidup Penambang Belerang
  17. Uang dan waktu
  18. Nick Vujicic, Pria Yang Hidup Tanpa Kaki dan Tangan
  19. Sisihkan 2-3 menit waktu kalian sebentar utk membaca ini
  20. true story Surat Seorang Ayah Kepada Anaknya yang Sudah Meninggal
  21. kisah inspiratif orang terkaya ke3 di indonesia
  22. Kisah Mengharukan Seorang Perampok dan Anak Buta
  23. Lanjutkan! (Jangan Kau Berhenti)
  24. kisah nyata yang terjadi di jepang
  25. Socrates Diperintahkan Meminum Racun karena Mengajarkan Kebenaran
  26. CINTAILAH CINTA

Kepalsuan Cerita Roro Jonggrang

|0 komentar
Siapa orang Indonesia yang tidak mengetahui candi Prambanan? Ya, hampir setiap orang yang menghuni Indonesia ini pasti mengetahui candi ini. Tentu saja candi Prambanan begitu terkenal karena candi ini merupakan salah satu candi Hindhu yang termegah dari berbagai candi yang ada di Indonesia. Selain kemegahannya itu candi ini memiliki beberapa daya tarik lain sehingga membuat candi ini begitu terkenal, antara lain adalah cerita Ramayana yang sering dipentaskan di sana dan tentu juga cerita Roro Jonggrang yang sering kita dengar saat kanak – kanak dahulu.


Cerita Roro Jonggrang ini sungguh terkenal. Cerita ini mengisahkan tentang putri dari Ratu Boko yang bernama Roro Jonggrang yang ditaksir oleh seseorang bernama Bandung Bandawasa. Tetapi perasaan Roro Jonggrang tidak sama dengan Bandung Bandawasa, dia tidak mencintai Bandung Bandawasa. Untuk mengakali Bandung Bandawasa, Roro Jonggrang meminta 1000 candi dalam semalam baru setelah itu dia boleh menikahi Roro Jonggrang. Namun, usaha Bandung Bandawasa untuk membuat candi itu digagalkan oleh Roro Jonggrang saat candi hanya kurang satu. Kemudian sebagai pengganti candi yang kurang satu itu, Bandung Bandawasa mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi. Dan sekarang patung wanita yang berada di dalam candi Siwa yang merupakan bagian candi Prambanan itu dikenal sebagai Roro Jonggrang.(www.bilogizma.blogspot.com)

Ternyata cerita Roro Jonggrang yang menarik kita ikuti saat kanak – kanak dulu membuat kontroversi bagi rakyat Indonesia. Banyak orang mempertanyakan kebenaran dari cerita Roro Jonggrang. Banyak orang mempercayainya karena menurut mereka pada jaman dahulu memang orang ada yang memiliki kekuatan mistis seperti Bandung Bandawasa. Ditambah lagi mereka percaya bahwa orang jaman dahulu tidak mungkin bisa mengangkat batu – batu yang digunakan untuk candi itu dan juga membangun candi semegah itu. Dan ada juga orang yang tidak percaya karena menganggap hal seperti itu tidak rasional. Cerita itu juga membuat rumor – rumor yang aneh, seperti rumor bahwa kutukan Bandung Bandawasa itu masih ada dan membuat banyak wanita yang tinggal di daerah Prambanan menjadi perawan tua, dan juga rumor bahwa setiap berpacaran di Prambanan pasti nantinya akan putus. Lalu apakah peristiwa Roro Jonggrang itu benar – benar ada pada jaman dahulu?(www.bilogizma.blogspot.com)


Jika kita teliti lebih lanjut cerita Roro Jonggrang ini tidak benar adanya, hal itu pertama dapat dilihat melalui prasasti Siwagrha yang diperkirakan dibuat pada tahun 856 dengan bahasa Sansekerta dan tulisan Jawa Kuno. Dalam terjemahan itu diceritakan pembangunan sebuah candi yang diduga candi Prambanan. Disana disebutkan bahwa candi ini sebenarnya mulai dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan dalam prasasti itu tidak diceritakan sama sekali kisah tentang Roro Jonggrang dan Bandung Bandawasa. Terjemahan prasasti ini juga tidak menyebutkan bahwa candi ini dibangun oleh makhluk halus. Bahkan dalam prasasti ini yang menyebutkan bahwa candi ini dibuat juga oleh para pengukur tanah. Tentu sangat tidak mungkin makhluk halus bekerjasama dengan pengukur tanah untuk membangun candi ini.(www.bilogizma.blogspot.com)

Jika dengan bukti dari prasasti saja mungkin belum cukup. Karena kebenaran dari terjemahan itu belum pasti benar bukan? Sekarang bagaimana jika kita teliti kebenaran patung wanita yang berada di candi Siwa Prambanan. Benarkah patung itu patung Roro Jonggrang?(www.bilogizma.blogspot.com)

Ternyata setelah dibandingkan dengan patung wanita yang berada di Singasari patung ini memiliki banyak sekali kesamaan. Apalagi patung itu terlihat berdiri di atas kerbau sambil menggenggam suatu makhluk, gambaran patung itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan cerita Roro Jonggrang. Tentu saja, karena patung itu ternyata bukan Roro Jonggrang. Patung itu adalah patung Dewi Durga, salah satu dewa yang disembah oleh umat Hindhu pada saat itu.(www.bilogizma.blogspot.com)


Dewi Durga adalah dewa yang konon adalah istri dari dewa Siwa. Dewi Durga dianggap oleh umat Hindhu saat itu sebagai dewa kemenangan. Menurut mereka Dewi Durga adalah jelmaan dewa yang diserahi senjata dari dewa – dewa lain untuk mengalahkan para asura(raksasa) yang dapat menjelma menjadi apapun dan menyerang khayangan. Hal itu tampak dari patung wanita yang berada di Prambanan dan Singosari yang memegang banyak senjata yang mirip dengan senjata dewa – dewa lain dan sedang berdiri di atas asura yang menyamar menjadi kerbau dan juga memegang roh asura yang sedang keluar dari kerbau itu.(www.bilogizma.blogspot.com)

Hal ini tentu semakin membuktikan bahwa cerita Roro Jonggrang itu tidak benar – benar ada. Rumor – rumor yang ada saat ini mungkin juga sebenarnya tidak ada. Rumor – rumor itu mungkin hanya dibuat – buat oleh manusia. Dan ternyata rumor kutukan itu tidak benar. Banyak juga orang telah berpacaran di Prambanan namun hubungannya tetap baik bahkan ada juga yang sudah menikah dan mempunyai anak sampai sekarang.(www.bilogizma.blogspot.com)

Jadi kesimpulannya cerita Roro Jonggrang itu sebenarnya tidak ada. Hendaknya cerita Roro Jonggrang ini dipercaya sebatas dongeng saja. Tidak perlu percaya sampai keterlaluan dan mempercayai rumor yang ada. Itu hanya membuat pikiran penuh saja dan membuat ketidaknyaman dalam bertindak.(www.bilogizma.blogspot.com)

peristiwa gerbong maut

|0 komentar

Peristiwa Gerbong Maut adalah salah satu cerita yang memilukan. Hampir semua Orang di Jawa Timur tahu peristiwa penting itu. Apakah sebenarnya yang terjadi pada peristiwa Gerbong Maut itu?

Pak Soehadi adalah salah satu saksi mata dari peristiwa Gerbong Maut. Dia adalah salah satu dari 100 penumpang dari Bondowoso ke Surabaya pada 28 Desember 1947. Aksi ini merupakan lanjutan dari Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947. Belanda berusaha memperhalus kekejamannya dengan istilah 'aksi polisionil'.

"Kami yang seratus orang itu dicakup, ditawan, dan dimasukkan di tiga gerbong kereta api,"

Tentara Belanda sangat serampangan. Siapa saja dirazia dan ditangkap, khususnya para pemuda yang punya potensi memberontak. Pak Soehadi, waktu itu berumur kurang lebih 20 tahun dan bekerja di kawasan Sukosari, Bondowoso, ikut ditangkap. Di tengah teror mental yang luar biasa, mereka dimasukkan ke dalam tiga gerbong kereta.

"Setelah semuanya masuk, pintu gerbong ditutup rapat. Tidak ada penerangan, pengap sekali. Anak-anak, kalian bisa bayangkan apa yang terjadi saat itu,"

Pak Soehadi menduga, kebijakan mengurung 100 tawanan itu dilakukan untuk menghindari intaian para gerilyawan RI. Sebab, waktu itu gerilyawan tersebar di mana-mana, khususnya di hamparan sawah dekat rel kereta api. Jika ketahuan kalau gerbong itu berisi perjuang RI, hampir pasti gerilyawan tak akan tinggal diam.

"Gerbongnya hanya dibuka sebentar di stasiun, terus tutup lagi,"

Pengapnya udara, akumulasi gas karbondioksida, ditambah desak-desakan yang ekstrem, bahkan untuk menghilangkan rasa haus, para tawanan itu meminum air kencing mereka sendiri, ada satu lubang sebesar lubang jarum pada salah satu gerbong, akhirnya lubang itu dipake bergantian untuk menghirup udara segar dari luar, sungguh miris sekali.... Lalu satu persatu tawanan, kawan-kawan Eyang Soehadi, meninggal di dalam gerbong. Mati lemas! Sampai di Surabaya--mula-mula di Stasiun Wonokromo, Surabaya, baru diketahui kalau 46 pejuang RI tewas. Dan, Eyang Soehadi termasuk dalam bilangan 54 tawanan yang selamat.

"Saya sendiri heran, kok bisa selamat. Mungkin, takdir saya belum sampai,"

Pak Soehadi dan kawan-kawan kemudian diangkut ke penjara militer di Jalan Bubutan Surabaya. (Penjara bersejarah itu sekarang tak ada lagi.) Dua tahun lamanya, Eyang Soehadi mendekam di dalam penjara tanpa tahu apa kesalahannya, tanpa ada proses pengadilan sedikit pun. Ketahuan kalau 'Aksi Polisional' I itu hanya akal-akalan Belanda untuk merampok kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Menjelang Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, pada 27 November 1949, Eyang Soehadi dan kawan-kawan dibebaskan.

"Saya masih ingat, kami dikeluarkan pada tanggal 22 November 1949,"

NYARIS MATI LEMAS DALAM KASUS 'GERBONG MAUT' PADA 28 DESEMBER 1947, MAS SOEHADI TAK MENDAPAT APA-APA. TANDA JASA NIHIL. PENGHARGAAN SEBAGAI VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN PUN TAK. TAPI, SOEHADI MERASA BANGGA KARENA DITAKDIRKAN TUHAN MENJADI SALAH SATU PELAKU SEJARAH DI REPUBLIK INI.

"NAK, umur kami-kami ini sudah sedikit. Sebentar lagi juga habis. Mau minta apa lagi?"

sejarah kalimantan yang telah hilang

|0 komentar
The Lost Generation
Awal Tragedi



Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

“Dibalik peristiwa itu ada hikmah. Mungkin kalau tidak terusir, orang Tionghoa akan tetap di pedalaman, dan tidak bisa maju seperti sekarang,” kata Fung Jin.

Begitulah, kalimat yang mengalir dari perempuan paruh baya ini, menanggapi peristiwa pengungsian besar-besaran yang dilakukan etnis Cina di sepanjang perbatasan pada September-Oktober 1967.


Fung Jin tinggal di Pontianak. Usianya 58 tahun. Ketika peristiwa itu terjadi, usianya 21 tahun. Ketika itu, bersama keluarga dan pengungsi lainnya, dia berjalan kaki dari Toho ke Pontianak. Jaraknya sekitar 75 km. Dia berharap, peristiwa itu tak pernah terjadi lagi.

Fung Jin adalah satu dari 70 ribu warga Cina yang mengungsi karena “demontrasi” atau ethnic cleansing, pembersihan etnik yang dilakukan orang Dayak, terhadap orang Cina. Saat itu, sebagian besar etnik Cina hidup di pedalaman dan sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia. Setelah peristiwa itu, mereka menyebar ke berbagai wilayah di Kalbar, Jakarta, Singapura, Hongkong, Taiwan, atau kembali ke Cina Daratan (RRC).

Peristiwa itu berkaitan dengan penumpasan yang dilakukan militer Indonesia, terhadap para mantan anggota Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU).

Keberadaan PGRS-PARAKU tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa konfrontasi yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Peristiwa ini biasa disebut Dwikora. Presiden Sukarno mengobarkan semangat rakyat Indonesia dengan semboyan “Ganyang Malaysia”, untuk merespon kondisi politik yang terjadi saat itu.

Peristiwa Dwikora terjadi, karena Perdana Menteri Persekutuan Melayu, Tun Abdul Rahman ingin membentuk Negara Federasi Malaysia yang meliputi Semenanjung Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei.

Malaysia yang berada dibawah negara Persemakmuran, segera mendekat ke Inggris. Tun Abdul Rahman menemui Perdana Menteri Inggris, Harold Mc Millan di London, pada Oktober 1961.

Sikap Tun Abdul Rahman membuat AM Azahari meradang. Dia melakukan pemberontakan terhadap Brunei. Azahari mengumumkan berdirinya Negara Kalimantan Utara (NKU), dan pembentukan Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Wilayahnya terdiri dari Brunei, Serawak dan Sabah. Pernyataan itu disampaikan di Manila pada 8 Desember 1962

Menurut JAC Mackie, Azhari pemimpin Partai Rakyat Brunei patut kecewa, karena dalam Pemilihan Umum Agustus 1962, dia memenangkan 54 dari 55 kursi di Dewan Distrik dan 16 dari 33 kursi di Dewan Legislatif. Malaysia menuduh Indonesia berada dibalik aksi pemberontakan ini. Namun, hal itu ditepis pemerintah Indonesia, dan tidak merespon masalah ini.

Pemberontakan ini bisa diatasi. Inggris turut campur tangan memadamkan pemberontakan itu. Malaysia menuduh Indonesia berada di balik pemberontakan itu. Hubungan kedua negara langsung tegang.

Pada 31 Mei - 1 Juni 1963, terjadi pertemuan antara Presiden Sukarno dengan Perdana Tun Abdul Rachman di Tokyo. Hal ini bisa meredakan ketegangan sesaat.

Manai Sophiaan berpendapat, untuk merumuskan lebih lanjut hasil pertemuan Tokyo, diadakan lagi pertemuan para Menteri Luar Negeri tiga negara, yaitu: Indonesia, Malaya dan Filipina, di Manila dari tanggal 7-11 Juni 1963. Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ini, diperkuat dengan diadakannya Konperensi Tingkat Tinggi antara Perdana Menteri Tun Abdul Rahman, Presiden Macapagal dan Presiden Sukarno yang dilangsungkan di Manila dari 31 Juli - 1 Agustus 1963, yang hakekatnya hanya mengesahkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri sebelumnya.

Dalam perundingan tersendiri antara Presiden Sukarno dan Presiden Macapagal, disetujui apa yang dikenal dengan Doktrin Sukarno - Macapagal yang menegaskan bahwa Masalah Asia supaya diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri. Doktrin ini dengan serta merta ditolak oleh Amerika Serikat dan Inggris, karena dinilai dapat menggagalkan tujuan pembentukan Federasi Malaysia yang dirancang di London yang sebenarnya untuk meng-contain Indonesia. Hasil KTT Manila ternyata menggelisahkan London dan Kuala Lumpur.

Tun Abdul Rachman menandatangani persetujuan dengan pemerintah Inggris mengenai pembentukan Negara Federasi Malaysia, 9 Juli 1963. Dan, pada 31 Agustus 1963, Negara Federasi Malaysia secara resmi akan diproklamirkan.

Kondisi makin memanas, karena pemerintah Filipina juga mengakui Sabah bagian dari wilayahnya. Sultan Sulu di Pilipina, pernah meminjamkan Sabah sebagai pelabuhan untuk perdagangan Inggris.

Pada 16 September 1963, Negara Federasi Malaysia terbentuk. Namun, pada perkembangannya, Singapura keluar dari keanggotaan. Begitu juga Brunei.

Pembentukan Negara Federasi Malaysia membuat Indonesia marah. Pada 17 September 1963, pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.

Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur didemo rakyat Malaysia, pada 18 September 1963. Begitu juga Kedutaan Besar Persekutuan Tanah Melayu dan Inggris di Jakarta. Kedutaan Inggris di Jakarta, malah dibakar.

Sejak itu, mulai terjadi konfrontasi Indonesia dan Malaysia yang dibantu Inggris. Presiden Sukarno mengobarkan semangat rakyat Indonesia dengan semboyan “Ganyang Malaysia”. Sukarno segera membentuk Dwi Komando Rakyat atau Dwikora. Yang berisi, “Perhebat pertahanan revolusi Indonesia dan bantu perjuangan Revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei, memerdekakan diri dan menggagalkan Negara Boneka Malaysia.”

Dalam pandangan Presiden Sukarno, terbentuknya Negara Federasi Malaysia, menjadi legitimasi bagi Inggris untuk “bermain” di wilayah itu, dalam rangka membendung laju pengaruh komunis. Saat itu, Sukarno sedang dekat dengan negara-negara komunis, seperti Soviet dan China. Bahkan, Indonesia juga telah membentuk poros Jakarta-Hanoi-Pyongyang-Peking.

Menurut JAC Makie, terbentuknya Federasi Malaysia yang berada di lingkungan Persemakmuran, membuat Inggris merasa punya kewajiban memberi perlindungan secara militer. Ketika Malaysia baru merdeka, ada 2.000 tentara Inggris dan Australia di sana. Setelah Federasi Malaysia terbentuk, kekuatan militer itu, dengan cepat ditambah menjadi 50.000.

Pembentukan Federasi Malaysia tidak berjalan mulus. Berbagai kekuatan menentang. Di Semenanjung Malaya, Front Sosialis Malaya, terdiri dari Partai Rakyat Malaya dan Partai Buruh, serta Partai Islam se-Malaya. Di Singapura, Barisan Sosialis, Partai Pekerja dan Partai Rakyat. Di Kalimantan Utara, Partai Rakyat Brunei dan Serawak United People's Party (SUPP).

Khusus untuk Partai Rakyat Brunei di bawah pimpinan AM Azahari, sejak 1956 sudah mempunyai program, mengusir Inggris dari Kalimantan Utara.

Presiden Sukarno menganggap Inggris dan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat merupakan Neo Kolonialis atau Nekolim. Semangat anti penjajahan dan penghisapan yang dimiliki Sukarno, membuatnya ingin mengusir pengaruh Inggris di Malaysia.

Namun, sebagian pihak menilai, konfrontasi terhadap Malaysia adalah “politik pengalihan” Bung Karno atas situasi sosial, ekonomi, dan politik domestik saat itu. Peneliti LIPI, Ikrar Nusa Bhakti dalam tulisannya di Kompas menilai, perekonomian Indonesia sedang sulit, akibat revolusi yang katanya belum selesai. Antara TNI AD dan PKI pun sedang terjadi persaingan. Dalam konfrontasi PKI mendukung Bung Karno, sedangkan ABRI “setengah hati”.

Meski menghadapi kesulitan ekonomi, ABRI memiliki peralatan tempur tercanggih di Asia Timur. Peralatan perang itu dibeli dari Uni Soviet, untuk merebut Irian Barat. Pada masa Trikora (Tiga Komando Rakyat), Soviet mendukung Indonesia. Namun, pada saat Dwikora, Soviet enggan mendukung Indonesia. Soviet berpendapat, karena pengaruh PKI, Indonesia lebih condong ke RRC.

Dalam konfrontasi itu, Malaysia didukung Inggris, Australia, dan Selandia Baru, sebagai sesama anggota Persemakmuran Inggris.

Lie Sau Fat atau XF Asali, budayawan dari Kalbar berkata, ketika peristiwa Dwikora, banyak sukarelawan membantu perang dengan Malaysia. Mereka terdiri dari gerilyawan dan sukarelawan. Para pelarian dari Serawak, pada umumnya etnis Cina dan komunis. Sukarelawan berasal dari Singkawang, Bengkayang dan berbagai wilayah di Indonesia. Mereka terdiri dari berbagai etnis. Ada Melayu, Dayak, Cina di Indonesia dan Cina dari Serawak. Yang merupakan pelarian dari Malaysia, ketika masih dijajah Inggris.

Tahun 1967, Indonesia sudah berganti pemerintahan. Orde Lama dianggap pro komunis, karena ingin menjadi bagian dari poros Jakarta-Hanoi-Pyongyang-Beijing. Amerika dan sekutu, membuat perang domino untuk membendung pengaruh komunis menyebar. Maka, Amerika menempatkan pasukan dan menyokong perang Korea. Hingga pecah perang Korea yang membuat Korea terpecah menjadi dua. Korea Utara yang komunis dan Korea Selatan yang pro Barat. Di Vietnam, Amerika tidak bisa membendung laju komunis. Bahkan, tentaranya harus hengkang dari Vietnam.

“Nah, karena Malaysia mulai bergolak, sekutu membuat suatu strategi, untuk membendung masuknya komunis,” kata Asali.

Indonesia menerjunkan pasukannya ke Semenanjung Malaya, dan mengirim pasukan untuk menyusup ke berbagai wilayah di Kalimantan Utara. Dengan strategi gerilya, pasukan ini berhadapan langsung dengan pasukan Inggris yang terdiri dari pasukan Gurkha.

Selain melakukan perang langsung dengan Malaysia, Indonesia juga merekrut kelompok perlawanan yang menentang pembentukan Federasi Malaysia. Antara lain dengan pucuk pimpinan TNKU, Azahari, Serawak United People’s Party (SUPP), dan lainnya.

Menurut Soemadi, dalam satu pertemuan di Sintang, 1963, Azahari dan perwakilan dari SUPP bertemu dengan Dr Subandrio, Wakil Perdana Menteri I merangkap Menteri Luar Nageri. Hasil kesepakatan, beberapa kelompok perlawanan itu, dilebur menjadi satu dengan nama PGRS dan PARAKU. Kelanjutan dari kesepakatan ini, sebanyak 850 pemuda-pemudi dari Cina Serawak menyeberang ke Kalimantan Barat. PGRS punya wilayah operasi di Sanggau hingga Sambas. PARAKU wilayah operasinya dari Sanggau hingga ke Serawak.

Untuk memenangkan pertempuran melawan Malaysia, PGRS-PARAKU dilatih tentara Indonesia. “Saat itu, kita melatih PGRS-PARAKU untuk dipergunakan membantu memerdekakan Malaysia. Mereka dilatih oleh RPKAD di Bengkayang,” kata Letkol Harsono Subardi, mantan Biro Intel POM Kodam XII Tanjungpura.

Menurutnya, PGRS kebanyakan orang Cina Serawak. PARAKU sebagian besar dari Sabah. Dua kelompok ini ideologinya komunis.

Lalu, kenapa pemerintah RI melatih anggota komunis?

Monday, February 11, 2008
The Lost Generation (2)
Konfrontasi dengan Malaysia

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

“Saat itu, RI memang zaman Orde Lama, dan Bung Karno tidak melarang ideologi komunis,” jawab Letkol Harsono Subardi, mantan Biro Intel POM Kodam XII Tanjungpura. PGRS punya koran. Namanya Lae Tung Po. Isinya berbagai tema tentang gerakan PGRS.

Menurut Edward Tenlima, mantan Danlanud Singkawang 2, Bengkayang, banyak sukarelawan datang dari Malaysia, dilatih secara kemiliteran di Sanggau Ledo, Bengkayang. Setelah itu, mereka kembali ke Malaysia melakukan penyusupan. Sukarelawan itu sebagian besar dari Cina Serawak.

PGRS dilatih di tempat rahasia dan jauh dari perkampungan masyarakat. Alasan pemilihan Sanggau Ledo sebagai tempat latihan, daerah itu pusat pemukiman orang Cina. Seperti, di Piong San dan Sepang.

Dengan cara itu, para sukarelawan yang sudah dilatih, lebih mudah mengajak orang Cina di daerah itu, bergabung menjadi sukarelawan dan melawan Malaysia. Daerah itu juga dekat dengan perbatasan Malaysia sebelah barat. Jaraknya sekitar 43 kilometer.

Kedatangan awal para anggota PGRS ke Sanggau Ledo dibenarkan Thong Fuk Long, biasa dipanggil Tomidi. Dia diminta tentara menjadi penerjemah para gerilyawan. Ketika itu, Tomidi menjadi guru bahasa Indonesia di Sanggau Ledo. Kebetulan, dia menguasai bahasa Mandarin, Belanda, dan Khek.

Pada akhir Desember 1963, ada 31 orang dari Serawak, Malaysia datang ke Sanggau Ledo. Mereka para pentolan PGRS. “Kami mendapat persetujuan dari pemerintah RI, untuk memerdekakan Sabah dan Serawak. Pemerintah minta etnis Cina untuk membantu. Kalau bukan etnis Cina, siapa lagi yang bantu,” kata Tomidy menerjemahkan pembicaraan itu.

Tentara malah meminta seorang fotografer mendokumentasikan kegiatan latihan para anggota PGRS-PARAKU.

“Saya tahu tempat latihan mereka, karena saya ikut tentara dan memotret mereka latihan,” kata Bong Bu Tjin.

Setelah dilatih di Indonesia, mereka dikembalikan ke Serawak. Yang ketika itu ingin memerdekakan diri. Bong kadang ke hutan dan mengikuti berbagai operasi yang dilakukan tentara.

Selain di Sanggau Ledo, ada beberapa tempat yang digunakan. Misalnya Singkawang. “Latihan tidak resmi. Tentu saja supaya bisa perang. Latihan itu selama 15 hari. Senjata tidak diberikan Kodam. Senjata juga tidak lengkap. Maksudnya, tidak satu orang pegang satu senjata,” kata Sarwono WHD, eks Waasintel Kodam XII Tanjungpura.

Menurutnya, setengah dari jumlah anggota PGRS-PARAKU hidup sendiri di tengah masyarakat. Diurusi penuh oleh Kodam juga tidak. Setahu dia, yang urus banyak. Salah satunya dari Biro Pusat Intelejen (BPI). Kepala BPI, Dr Soebandrio, Wakil Perdana Menteri I, merangkap Menteri Luar Negeri.

Ya, maklumlah urusan politik, katanya.

Operasi intelejen khusus tidak ada. Kodam hanya memberikan bahan untuk bergerak. Misalnya, wujudnya latihan yang ikut diproses intelejen. Jadi, intelejen tidak bergerak sendiri. Intelejen lebih didominasi BPI. Saat itu, BPI lebih banyak dikuasai PKI. Yang mendirikan barak-barak di sepanjang perbatasan adalah BPI.

“Kalau yang lewat orang PGRS-PARAKU, mereka yang pakai. Kalau tentara Indonesia yang lewat, ya, mereka yang pakai,” kata Sarwono.

Barak itu ada di sepanjang perbatasan Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Putussibau, Benua Martinus, hingga Badau. BPI bergerak sendiri dan tidak mengikutsertakan Kodam. Cuma, Kodam tetap diberitahu. Ketika itu, BPI bermarkas di garasi rumah orang di Jalan Gajah Mada, Pontianak. Tapi, ia lupa alamatnya.

Selain PGRS-PARAKU, Indonesia banyak merekrut sukarelawan. Mereka dilatih di beberapa tempat. Salah satunya ada di Singkawang. Sebagian besar yang mengurus dari BPI. “Kapan masuknya ke Kalbar juga tidak jelas, karena itu urusan Pusat dan bukan Kodam,” kata Sarwono.

Operasi tentara di perbatasan dipimpin Brigjen Supardjo dari Kodam VII Diponegoro, Jawa Tengah. Dia Panglima Komandan Tempur (Pangkopur) di Kalbar, sepanjang perbatasan.

Brigjen Supardjo sering keliling kampung sendirian, tanpa pengawal. Orangnya ramah pada penduduk kampung. Setiap ketemu masyarakat, dia mau menyapa duluan. Orang kampung juga heran. Ini ada jenderal jalan sendiri tanpa ada yang mengawal.

“Setiap ada orang Cina, bakal dikunjungi. Dia berkawan dengan orang Cina. Orangnya baik sekali. Sering mengajak masyarakat untuk bicara,” kata Durani, warga Dusun Sebol, Desa Tiga Berkat, Kecamatan Lumar, Kabupaten Bengkayang.

Brigjen Supardjo memberikan ultimatum kepada penduduk di Bengkayang, membuat lubang di belakang rumah setiap penduduk.

“Lubang itu berfungsi menghindari bom, bila ada serangan udara,” kata Supardjo.
Satu keluarga satu lubang. Lubang itu berbentuk hurur L. Dalam satu meter, panjang tiga hingga empat meter. Makin banyak jumlah keluarga, makin besar lubangnya.

Perintah membuat lubang di belakang rumah dilakukan serempak bagi warga di sepanjang perbatasan. Syahrir Mochtar dari Putussibau, memaparkan pengalaman yang sama. Setiap rumah diperintah membuat lubang di belakang rumah.

Semasa konfrontasi dengan Malaysia, banyak tentara Indonesia diterjunkan secara langsung ke Semenanjung Malaya. Untuk wilayah Kalimantan Utara, operasi lebih banyak dilakukan melalui jalur darat.

Sungai Kapuas menjadi urat nadi mobilisasi pasukan. Pelabuhan Pontianak, dulu bernama Pelabuhan Dwikora, menjadi pendaratan pasukan dari Jawa. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri sungai Kapuas, menuju perbatasan Malaysia bagian barat.

Semitau dijadikan basis penyerangan ke Malaysia. Jalan darat belum banyak dibuat. Kalau ada pasukan baru datang, mendarat di Semitau. Kodim ada di Semitau. Jarak ke perbatasan lebih dekat dari sungai.

Masa konfrontasi hampir tidak ada perahu Bandong yang berangkat atau datang dari Pontianak. Jalur sungai yang menjadi urat nadi dan jalur utama transportasi masyarakat, menjadi rawan. “Orang tidak berani mengarungi sungai yang kala itu, dijadikan sarana utama bagi mobilisasi pasukan dari Pontianak,” kata Syahrir.

Akibatnya, semua rakyat jadi sengsara. Bahan pokok menjadi susah dan mahal. Bahkan, jatah beras bagi pegawai negeri, baru bisa diambil 6-7 bulan sekali. Sangking sulitnya transportasi.

Malaysia lebih bersikap bertahan, dan hanya berusaha membendung masuknya tentara Indonesia ke Malaysia. Usaha Malaysia dibantu tentara Inggris dan Australia.

AURI menyiapkan 8 Tu-16, 4 P-51, 9 B-25, 2 C-130, 11 C-47, serta 4 Il-14, dinyatakan siap. ALRI juga menyatakan kesiapannya dengan menempatkan ratusan kapal didukung pesawat terbang serta beberapa batalion marinir. Celakanya, kekuatan AURI harus berhadapan dengan AU Inggris dan AU Australia yang melindungi negara persemakmurannya. Kekuatan gabungan Inggris-Australia diduga terdiri dari 50-an bomber, 24 Hawker Hunter, 24 Gloster Javelin, 30 F-86 Sabre, serta 6 skadron pesawat angkut dan 12 helikopter. Belum dihitung skadron rudal Blood Hound serta 2 skadron pesawat siap di Australia. Pertahanan Malaysia makin sempurna dengan dukungan pasukan darat dan laut. Semua terdiri dari 27 batalion, 16 batalion artileri, belasan kapal, serta pasukan Gurkha (Angkasa-online).

“Dalam berbagai pertempuran, tentara Malaysia lebih banyak berada di garis belakang menjaga perbatasan. Yang lebih banyak bertempur adalah, pasukan khusus Gurkha,” kata Halim Ramli, wartawan senior di Kalbar.

Gurkha adalah pasukan bayaran yang dipakai Inggris sejak Perang Dunia Kedua. Mereka orang tangguh dan biasa hidup di pegunungan Himalaya.

Semasa konfrontasi dengan Malaysia, banyak sekali tentara Indonesia meninggal di pertempuran. “Setiap hari ada 3-4 tentara dibawa dengan helikopter dari daerah perbatasan,” kata Jomandi Loka, warga Singkawang.

Saat itu, dia duduk di bangku SMP Singkawang. Setiap hari menyaksikan mayat diangkut ke Rumah Sakit Umum Singkawang (sekarang RS Santo Vincentius, Jalan Pangeran Diponegoro 5 Singkawang).

Karenanya, Taman Makam Pahlawan di Singkawang, isinya sebagian besar tentara dari Jawa. Terutama pasukan dari Kodam VII Diponegoro, Jawa Tengah.

Tak hanya melalui pertempuran, Indonesia juga melancarkan perjuangan secara diplomatik. Ketika Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia keluar dari PBB dan membentuk Conefo (Conference of New Emerging Forces).

Suasana politik makin keruh dengan terjadi peristiwa penculikan terhadap para jenderal di Jakarta, pada 30 September 1965. Sembilan petinggi militer diculik. Peristiwa ini menimbulkan rentetan dan peristiwa kemanusiaan lainnya. Inilah lubang hitam sejarah bangsa Indonesia yang hingga kini masih misteri.

Banyak muncul buku dengan berbagai teori mengenai peristiwa ini. Ada yang menganggap, peristiwa ini pemberontakan PKI. Ada yang berpendapat, rivalitas di tubuh Angkatan Darat. Teori lain, usaha dan kekuatan asing mengakhiri kekuasaan dan politik Presiden Sukarno. Banyak teori bersliweran hingga sekarang. Satu yang pasti, akibat peristiwa ini, ada sekitar 2 jutaan orang dibantai dan meregang nyawa, karena dianggap anggota dan simpatisan PKI.

Peristiwa 30 September berimbas pada tentara di lapangan. “Posisi tentara pada waktu G30SPKI dalam keadaan sulit semua. Siapa kawan dan lawan, tidak jelas,” kata Sarwono. Hal itu tentu sangat rawan bagi jalur komando.

Kodam XII Tanjungpura juga kesulitan mengetahui mana kawan dan lawan. “Setelah itu diketahui Asisten 1, Letkol Langlang Buana dan Asisten 2, Letkol Kestam, termasuk sebagai anggota PKI,” kata Sarwono. Sarwono datang ke Kalbar pada tahun 1963. Dia berasal dari Jawa Tengah.

Hal serupa diungkapkan Edward Tenlima atau Edo. Dia menjadi pilot pesawat Mustang dan berpangkalan Lapangan Udara (Lanud) Abdul Rachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Pada 2 Oktober 1965, dia diminta terbang bersama puluhan pesawat tempur lainnya ke Jakarta. Bila sebelum operasi pilot tahu, operasi apa yang akan dijalankan, malam itu dia tidak tahu.

“Pokoknya kenakan pakaian dan terbang,” kata Edo.

Dia terbang menyisir laut utara Jawa. Begitu mendekati udara Jakarta, tiba-tiba mendapat perintah mendarat di Bandung. Selanjutnya, dia harus mengenakan terus baju pilot siap tempur dan berada di samping pesawatnya, menunggu perintah selanjutnya. Hingga sebulan lebih, dia berada di samping pesawat tempurnya. “Pokoknya, harus siap terus. Makan dan tidur tidak boleh jauh dari pesawat,” kata Edo.

Dari empat pilot pesawat Mustang yang ada, hanya dia yang boleh terbang. Alasannya, karena dia dari Ambon. Lainnya dari Jawa dan “dianggap berbahaya.” Dia mendapat perintah langsung dari Leo Watimena, Panglima Pasukan Gerak Tjepat (PGT), sekarang bernama Paskhas. Leo orang Ambon dan dekat dengan Suharto. Laksamana Madya Omar Dhani, Menteri/Panglima AURI, yang menjabat Panglima Dwikora dianggap lebih dekat kepada Presiden Sukarno.

Pangdam XII Tanjungpura yang ketika itu dipimpin Brigjen Ryakudu, juga mengalami kesulitan, mana kawan dan lawan. Semua serba tak jelas.

Pascaperistiwa 30 September 1965, ada pesawat dari Jakarta yang menyebarkan selebaran dari udara di Bengkayang. Isinya, Jakarta dalam kondisi aman. Peristiwa itu terjadi sekitar 1966.

Brigjen Supardjo, Pangkopur di perbatasan dituduh dan dianggap sebagai anggota komunis. Dia ditangkap dan dihukum. Beberapa penduduk perbatasan mengingat pesan yang disampaikan Supardjo, “Nanti pada tanggal 30 September, jangan keluar rumah. Takut kena hujan yang tak bisa diobati,” kata Durani, menirukan ucapan sang Jenderal.

Pada 11 Maret 1966, Presiden Sukarno memberikan mandat kepada Jenderal Suharto. Pengalihan kekuasaan ini disebut dengan Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret.

Perubahan kepemimpinan, turut pula memengaruhi kebijakan pemerintah. Konfrontasi dengan Malaysia dihentikan dengan pertemuan di Bangkok, Thailand pada 28 Mei 1966. Pemerintah Indonesia dan Malaysia mengadakan perjanjian damai pada 11 Agustus 1966.

Perdamaian ini, berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah Indonesia. Juga kepada para tentara dan gerilyawan yang pernah direkrut, untuk membantu konfrontasi dengan Malaysia.


Tuesday, February 12, 2008
The Lost Generation (3)
Yang Terbuang Pascakonfrontasi

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Perdamaian antara pemerintah Indonesia dan Malaysia, sangat berpengaruh terhadap para tentara dan gerilyawan yang berada di lapangan.

Menurut Bong Bu Tjin, ketika itu ada juga pasukan dari Kodam VII Diponegoro tidak ingin perang berhenti. Mereka melanjutkan operasi di Malaysia dan bergabung dengan pasukan PGRS-PARAKU “Mereka kecewa, karena tentara dari divisi ini paling banyak menjadi korban dari perang dengan Malaysia,” kata Bong Bu Tjin.

Bong banyak kenal tentara dan ikut dalam berbagai kegiatan tentara. Dia jadi fotografer para tentara. Banyak tentara yang cerita padanya. Bong pernah memotret Jenderal Ahmad Yani, Nasution dan Suharto, ketika berkunjung ke Kalbar. Mayjen Suharto adalah Wakil Komando Dwikora. Panglima Dwikora Omar Dhani.

Ketika Indonesia dan Malaysia menghentikan konfrontasi dengan pertemuan dan menghasilkan kesepakatan damai, penanganan sisa anggota PGRS-PARAKU diserahkan kepada kebijakan negara masing-masing.

Begitu juga dengan gerilyawan PGRS-PARAKU yang sebagian besar berideologi komunis. Pemerintah Malaysia mengampuni dan membina para mantan gerilyawan ini.

“Mantan PGRS dibina. Bahkan, ada yang diberi modal, sehingga bisa menjadi pengusaha. Di Malaysia, mereka pakai bintang merah 3,” kata Edo, mantan Danlanud 2 Singkawang di Bengkayang.

Di Indonesia, para anggota PGRS-PARAKU diminta menyerah dan meletakkan senjata. Sebagian ada yang meletakkan senjata. Namun, ada juga yang tidak mau. Mereka kuatir, pemerintah Indonesia bakal menumpasnya, karena ideologinya komunis. Apalagi pada saat bersamaan, ada pengejaran dilakukan terhadap para anggota PKI di Jawa.

Menurut Soemadi, pemerintah menyerukan pada gerilyawan untuk meletakkan senjata dan menyerah. Namun, hanya 99 orang yang menaati. Sedangkan 739 tidak melakukan perintah. Senjata mereka diperkirakan 538 pucuk. Terdiri dari Bren, Sten Gun, Senapan dan pistol.

Sarwono WHD, eks Waasintel Kodam XII Tanjungpura berkata, setelah konfrontasi dengan Malaysia, yang paling berperan masalah politiknya. Pergantian kepemimpinan membuat kebijakan terhadap PGRS-PARAKU juga berubah.

Ironis memang. Ketika Indonesia dan Malaysia konfrontasi, mereka direkrut dan dilatih melawan Malaysia. Begitu kondisi damai. Mereka diburu dan dikejar.
“Yang melatih kita, yang mengejar juga kita,” kata Sarwono.

Akhirnya, para gerilyawan masuk kembali ke hutan. Tentara banyak juga yang menjadi korban dalam pertempuran. Korban terjadi, karena PGRS-PARAKU sudah tahu taktik dan cara perang gerilya yang dilakukan TNI.

Ada suatu taktik dalam perang gerilya, pencegatan biasanya dilakukan di hutan. Di sawah tidak bisa dilakukan penyergapan, karena daerahnya terbuka. Dalam perang gerilya, mereka melakukan penyergapan di gunung. Di gunung biasanya tentara berjalan berpencar. Satu dengan yang lain jaraknya agak jauh. Tujuannya, ketika ada penyergapan, bisa menghindar. Di depan pasukan, biasanya ada penyisiran dulu dilakukan. Ketika di tanah datar, jalannya merapat dan berkumpul. Taktik itulah yang diberikan pada PGRS-PARAKU dalam pelatihan.

Teori ini dibalik oleh PGRS-PARAKU. Ketika tentara berjalan di sawah dan jalannya berkelompok, serta tidak melakukan penyisiran di depan pasukan, PGRS-PARAKU menyerang tentara. Tentara tidak siap dan tidak menduga bakal diserang. Karenanya, banyak tentara terbunuh di persawahan Bengkayang. Bahkan, sekitar 37 tentara dari Siliwangi meninggal semua.

Operasi penumpasan tidak mendapatkan hasil sesuai harapan. Sejumlah operasi yang dilakukan gagal di tengah jalan, karena keburu tercium. Operasi yang dilakukan sering gagal, karena bocor informasinya. Hal ini dirasakan betul prajurit di lapangan.

Idang Supandi, prajurit Kopassus yang ketika itu berpangkat Kopral, sangat merasakan sulitnya operasi. Dia melakukan operasi dalam penumpasan anggota PGRS-PARAKU di Benua Martinus, Kabupaten Kapuas Hulu.

Dalam melakukan operasi, dia selalu menggunakan pasukan kecil. Tujuannya, supaya bisa bergerak lebih cepat. Sulitnya medan operasi dan komunikasi yang selalu bocor, membuat operasi tidak menunjukkan hasil maksimal. “Kita seperti main kucing-kucingan. Ketika ada informasi musuh ada di salah satu bukit, begitu kita kejar sudah tidak ada. Selalu begitu,” kata Idang.

Kebocoran informasi terjadi karena ada sebagian anggota BPI pro komunis. Selain itu, penumpasan mengalami kesulitan, karena anggota PGRS-PARAKU kebanyakan orang Cina. Yang merupakan komunitas etnis tersendiri, dan punya bahasa sendiri. Sehingga intelegen tidak bisa masuk.

Perkembangan politik pascaperistiwa G30SPKI, sangat tidak menguntungkan gerilyawan. Apalagi dengan perdamaian antara Indonesia dan Malaysia. Karenanya, penumpasan gerilyawan PGRS-PARAKU di Kalbar, menurut Soemadi, punya empat kerangka besar. Pertama, dalam rangka pemulihan kembali hubungan Indonesia dan Malaysia. Kedua, dalam rangka pemulihan ketertiban dan keamanan umum. Ketiga, dalam rangka pembersihan G30SPKI, serta dilarangnya PKI dan Komunisme atau semua faham Marxisme-Leninisme-Maoisme, termasuk pelarangan semua organisasi pendukungnya. Keempat, dalam rangka pelaksanaan Doktrin Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI. Apalagi dengan keluarnya Surat Rahasia Pangkolaga No. R-33/1967 tertanggal 17 Februari, tentang pelaksanaan “security arranggement on the border regions” yang memuat, pertama; penyusunan dan pembentukan Komando Perbatasan. Kedua, Pengendalian Operasionil langsung dibebankan kepada Koandakal cq. Kodam XII Tanjungpura.

“Setelah tahun 1965, PGRS bongkar senjata dan lari ke hutan. Sebelumnya mereka memang diajari berbagai taktik perang oleh tentara Indonesia. Ada taktik perang gerilya, melakukan penyusupan dan lainnya,” kata Edo.

Yang dimaksud Edo adalah peristiwa penyerangan gerilyawan PGRS-PARAKU terhadap Lapangan Udara (Lanud) 2, Singkawang di Bengkayang.

Edo mantan pilot pesawat Mustang. Ia hampir meninggal dunia, karena pesawat Mustang yang dipilotinya mengalami kerusakan mesin, setelah lepas landas di Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Di seluruh dunia, sebagian besar pilot pesawat Mustang yang jatuh, bakal meninggal. Karena radiator pesawat ada di bawah tempat duduk pilot.

Ketika mengalami kecelakaan pesawat, Edo sempat dirawat selama tiga bulan di rumah sakit. Setelah sembuh, dia tak pegang pesawat tempur lagi. Dia ditempatkan sebagai pasukan biasa di AURI. Dia ikut operasi penumpasan PGRS-PARAKU pada 1967-1969, dan tergabung dalam Operasi Samber Kilat. Gabungan pasukan dibubarkan seiring dengan penghentian operasi yang dilakukan militer. Setelah itu, dia ditempatkan sebagai Danlanud 2 Singkawang, pada 1970-1972 dan 1972-1974.

Menurut Edo, Lanud Singkawang 2, dibangun pemerintah Belanda pada 1939. Tujuannya, menghadapi invasi Jepang. Belanda membangun pangkalan di Sanggau Ledo, karena letaknya dekat dan menghadap Laut Natuna. Jadi, strategis untuk mendukung secara persenjataan.

Pangkalan dilengkapi dengan landasan pesawat terbang. Panjang landasan 900 meter. Landasan terbuat dari pengerasan batu. Dasarnya cukup kuat. Bagian atas landasan berupa rumput. Landasan dibuat untuk ukuran pesawat saat itu. Seperti, B25, B26, Dakota. Saat itu, hanya ada satu pesawat yang pernah uji coba.

Ketika pangkalan belum siap dan belum ada kekuatan militer yang masuk, tentara Jepang keburu masuk ke Indonesia. Pembangunan pangkalan tidak dilanjutkan. Belanda sudah kalah dengan Jepang.

Setelah Jepang kalah perang, fungsi pangkalan dikembalikan sebagai pangkalan pendukung oleh pemerintah Indonesia. Dulu, hanya ada seorang perwira berpangkat Mayor sebagai Komandan Lanud. Sekarang ini, ada dokter dan perwira lainnya.
“Pangkalan Singkawang 2 merupakan pangkalan kecil. Karena ada peristiwa PGRS, namanya menjadi naik,” kata Edo.

Di pangkalan ada gudang senjata berukuran 5 kali 10 meter. Temboknya terbuat dari beton setebal 30-40 cm. Ada penutup pintu besi setebal satu inchi. “Dibom pun, gudang itu tak akan runtuh,” kata Edo.

Pada 16 Juli 1967, gudang senjata diserbu gerilyawan PGRS yang dipimpin Lim A Lim. Ketika itu, hanya ada empat orang yang menjaga. Memang ada peraturan, pasukan tidak boleh membawa senjata ke rumah, dan harus diletakkan di gudang senjata.

Sistem jaga 24 jam. Pergantian bisa pagi dan sore. Sekali jaga ada empat orang dan 24 jam nonstop. Penyerangan terjadi pada hari Minggu, menjelang pagi. Saat kondisi penjaga sudah mengantuk.

Ada tiga anggota AURI tewas. Sekitar 150 pucuk senjata dirampas dan ribuan amunisi dibawa gerilyawan. Senjata yang dirampas antara lain, LE, senjata peninggalan perang Dunia ke II. G3, senjata otomatis, dan lainnya. Setelah gudang senjata dibongkar, komandan pangkalan langsung diganti. Setelah itu, dikirim pasukan tambahan dari Jakarta.

“Mereka tidak menyangka, pasukan PGRS akan menyerang, karena selama ini mereka adalah kawan dan pernah dilatih tentara,” kata Edo.□ (bersambung)

Wednesday, February 13, 2008
The Lost Generation (4)
Operasi Tempur

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Setelah peristiwa pembobolan gudang senjata di Lanud 2 Singkawang, Bengkayang, dimulai operasi besar-besaran menumpas PGRS-PARAKU.

Sulitnya medan membuat pengiriman perbekalan dan logistik dilakukan dengan berbagai cara. Pengiriman perbekalan dilakukan melalui jalur darat, udara dan air.

Bila medannya sulit, perbekalan dikirim dengan pesawat udara. Caranya, menerjunkan dengan payung udara. Perbekalan juga didatangkan lewat sungai.


Lalu, bagaimanakah cara militer menanggani para gerilyawan ini?

“Dalam operasi militer, ada operasi tempur dan operasi teritorial,” kata Letkol (Pur) H. Zaenal Arifin, eks Komandan Batalyon 402 Sintang. Terakhir, Zaenal adalah pejabat Bupati di Ketapang.

Zaenal pernah melakukan operasi pertempuran Trikora di Irian Jaya dan Permesta di Manado. Di Permesta lebih sulit operasinya, karena para pemberontak dibantu Amerika Serikat. Senjata yang dimiliki Permesta lebih canggih dan modern. Bahkan, Amerika juga mengirim para penerbangnya. Salah satunya yang pesawatnya tertembak di sana. Penerbang pesawat itu bernama Allan Lawrence Pope dan sempat menjadi tawanan pemerintah RI.

Ketika bertugas di Kalbar, Zaenal berpangkat Mayor. Menurutnya, dalam ketentaraan dibagi menjadi beberapa pasukan. Ada regu, terdiri dari 11 orang. Satu Peleton terdiri 26 orang. Satu Kompi terdiri dari 100 orang. Satu Batalyon terdiri dari 500 orang. Sebagai komandan batalyon, ia melatih dan memperbaiki kemampuan batalyon yang dipimpinnya. Setelah itu, mengirimkannya ke daerah perbatasan, untuk menghadapi pemberontakan PGRS-PARAKU. Senjata yang biasa dipakai oleh PGRS-PARAKU adalah lenvit.

Batalyon yang dipimpinnya terdiri dari 3 Kompi Tempur dan 1 Kompi Markas. Markas Kompi ada di Sintang. Kompi A dan Kompi Markas berada di Sintang. Kompi B di Sanggau. Kompi C ada di Nanga Pinoh. Belum ada jalan darat yang memadai. Semua perbekalan dan operasi dilakukan melalui jalur sungai.

Perjalanan dari Sintang ke Sanggau, sekitar 12 jam dengan perahu, karena dari hulu. Kalau dari Sanggau ke Sintang, sekitar 24 jam, karena ke hulu. Dari Sanggau ke Balai Karangan, sekitar 48 jam atau dua hari. Biasanya bermalam di Kembayan.

Masalah transportasi merupakan hambatan bagi tentara, sehingga tidak bisa bergerak cepat. Selain itu, ada sarana komunikasi radio. Setiap kompi ada radio.

Sebagai komandan, dia punya prinsip dasar. Seorang Komandan Batalyon dikatakan komandan, kalau dia punya pasukan cadangan. Misalnya, dalam suatu pertempuran, tiga kompi tidak boleh ditaruh di depan semua. Harus ada satu kompi cadangan di belakang yang langsung dipimpinnya. Bagaimanapun, ada sesuatu yang harus dijaga.

Kondisi medan di sekitar Sambas, Bengkayang hingga Sanggau, berbukit dan hutan lebat. Daerah ini dikuasai oleh PGRS. Kondsi medan di sekitar Lanjak, Benua Martinus hingga Putussibau, hutan lebat dan penuh rawa. Daerah ini dikuasai oleh PARAKU.

Dalam doktrin yang dijalankan, Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Hamkamrata), tentara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Di mana operasi dilakukan, tentara harus merangkul rakyat. Apalagi, tentara kebanyakan didatangkan dari Jawa. Karena itu, mereka minta bantuan pada masyarakat lokal, daerah mana yang bisa digunakan untuk jalur jalan. Kebetulan wilayah operasi yang dijalankan, sebagian besar terdiri dari orang Dayak. Mereka tahu bahasa Indonesia. Kalaupun tidak mengerti, mereka pakai bahasa isyarat.

Zaenal merasakan kondisi operasi sangat sulit. Apalagi dengan kondisi medan dan peralatan yang terbilang sederhana. Semua itu menjadi kendala tersendiri. Bila daerah itu tak bisa ditembus melalui radio komunikasi, mereka menggunakan surat.

Perjalanan tidak bisa diukur dengan ukuran waktu. Isi surat biasanya suatu informasi kepada kompi terdekat, untuk melaksanakan operasi ke tempat tertentu.

Penduduk dijadikan kurir. Supaya surat sampai dengan cepat, ada tanda tertenti di amplop. Misalnya, ditempelkan daun atap atau daun nipah. Daun nipah biasa digunakan untuk membuat atap rumah. Maksudnya, biar hujan sekali pun, si kurir harus jalan terus. Juga ditempelkan korek api. Api adalah simbol penerangan. Artinya, biar malam, jalan terus.

“Kalau kita menggunakan kurir rakyat biasa, harus ada dua tanda itu diamplop suratnya. Dua tanda itu, berarti kilat khusus,” kata Zaenal.

Misalnya dari Balai Karangan ke Sekajang. Jarak itu butuh waktu satu hari satu malam. Pengiriman surat secara estafet. Masing-masing oleh dua orang.

Pengiriman surat dilakukan karena ada informasi akurat yang harus disampaikan. Surat menggunakan bahasa khusus dan kata sandi, sehingga tidak mudah dibaca orang. Tulisannya sulit dibaca dan dicerna orang lain. Juga pakai nama samaran. Zaenal punya nama samaran, Harum. Ada kesepakatan dengan para kepala komandan Kompi.

Untuk mengangkut perbekalan, biasanya mengupah penduduk setempat. Caranya dengan memberi makan. Kalau tidak bisa melalui air, perbekalan akan dijatuhkan melalui udara. Namun, pengiriman lewat udara, kadang merusak barang yang dikirim. Bila ada barang rusak, dia melaporkan ke markas Kodam XII Tanjungpura. Kodam segera mengganti perbekalan itu. Perbekalan biasanya untuk satu bulan. Dalam sehari, satu prajurit biasanya menghabiskan beras 500 gram. Dalam batalyon ada 500 orang. Tinggal mengalikan saja.

Saat itu perbekalan minim. Peralatan seperti sepatu, kadang tidak pakai alas kaki. Bisa juga cuma pakai sendal jepit. Pergerakan pasukan terkadang harus melewati jalan berlupur setinggi lutut. Sulitnya medan membuat sepatu yang dipakai tertinggal di lumpur.

Persenjataan masih sederhana. Ada beberapa tipe senjata. Bren otomatis, AK-47. LE, atau Sten. Operasi pasukan tidak menggunakan persenjataan berat, seperti meriam. Kondisi medan tidak memungkinkan. Pasukan pakai senapan praktis dan otomatis, sehingga mudah dibawa.

Menurut pengalamannya, tidak ada yang berat-berat sekali. Sebagai komandan, dia di belakang pasukan. Operasi penumpasan berhadapan dengan pasukan kecil. Karenanya, menggunakan pasukan kecil. Yang berat adalah jalan menuju ke tempat operasi. Hutan lebat, bukit dan rawa.
Operasi paling berat di Bungpatung dan Benua Martinus. Bungpatung hutannya lebat. Jalan juga sulit ditembus. Benua Martinus hutan lebat dan berawa.

Ancaman lain adalah malaria. Dia pernah terkena malaria tropika. Pada jam tertentu, kepala rasanya berdenyut keras sekali. Dia pernah membentur-benturkan kepala dengan keras ke tembok, sangking tak kuat menahan rasa denyutnya.

Sebagai Komandan Batalyon, Zaenal melakukan berbagai operasi penumpasan hingga ke Bengkayang. Suatu ketika, pasukannya bergerak dari Balai Karangan ke Bungpatung. Di Bungpatung bergabung dua batalyon. Batalyon 642 Sintang dan Batalyon 641 Singkawang. Dua batalyon itu dibawah komando Zaenal.

Dalam operasi di Gunung Brambang, dua batalyon ini berhasil menembak mati salah satu pemimpin PGRS-PARAKU bernama Yap Chung Ho. Yang merupakan salah satu pimpinan gerilyawan.

Sempat terjadi kontak senjata sebelum ditembak. Pertempuran terjadi pada siang hari. Selesai pertempuran, ada laporan dari anak buah, Yap Chung Ho tertembak. Zaenal segera memberi perintah, untuk membuktikannya. Dari lokasi pertempuran ke tempat Zaenal cukup jauh. Perjalanan sekitar enam jam jalan kaki. Jenasah Yap Chung Ho dibawa ke markasnya. Jenasah sampai pada pukul 19.00 wib.

Bersama jenasah Yap Chung Ho, dibawa juga berbagai dokumen dan barang. Setelah itu, Zaenal minta pada anak buahnya, memasang kaca mata dan pakaian pada sang mayat. Setelah yakin dan sesuai dengan yang ada di foto, Zaenal segera melapor ke Kodam XII Tanjungpura. Selepas itu, Kodam menyiarkannya melalui radio.

Setelah berhasil menangkap Yap Chung Ho, Zaenal diijinkan turun ke Pontianak. Pasukannya diganti dengan pasukan dari batalyon lain. Pergantian pasukan biasanya setiap setahun sekali. Semua pasukan lama akan diganti dengan pasukan yang baru

Thursday, February 14, 2008
The Lost Generation (5)
Operasi Teritorial

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Selain operasi tempur, ada operasi teritorial. Operasi teritorial adalah, operasi penaklukan tanpa peperangan.

“Ini lebih kepada perang psikologi. Yaitu, bagaimana membuat suatu pendekatan pada masyarakat,” kata Zaenal.

Operasi teritorial bertujuan, supaya masyarakat percaya dan membela operasi yang dilakukan tentara. Caranya bermacam-macam. Dengan memberikan penerangan kepada masyarakat, dan berusaha melakukan pendekatan yang efektif.


Jadi, pasukan tempur, selain bisa bertempur, harus bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat. Misalnya, PGRS-PARAKU itu apa, datangnya dari mana, tujuannya apa, dan lainnya. PGRS-PARAKU bukan warga negara RI.

“Hal itu bertujuan untuk menimbulkan rasa perlawanan pada diri warga kepada PGRS-PARAKU,” kata Zaenal.

Kemudian, tentara juga mesti menjelaskan posisi tentara. Selain itu, mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan operasi. Masyarakat bertugas sebagai penunjuk jalan, kurir, ikut dalam pertempuran, dan lainnya.

Operasi teritorial bertujuan memisahkan massa dengan PGRS-PARAKU. Sehingga massa yang telah berpihak pada tentara, bisa digunakan untuk menghantam lawan. Itulah yang dinamakan, gerilya harus dilawan dengan antigerilya. Tidak bisa gerilya dilawan dengan perang konvensional.

Operasi teritorial juga dilakukan dengan memberikan berbagai kebutuhan penduduk. Tentara membuat pasar bulanan untuk penduduk. Sebulan sekali memberikan kesempatan pada pengusaha, untuk menggelar daganganya. Lokasinya berada di sepanjang perbatasan. Seperti di Nanga Merakai, dan lainnya. Barang dagangan antara lain, beras, kopi, gula, tembakau, dan lainnya.

Zaenal Arifin malang melintang di berbagai pertempuran dan pengejaran terhadap anggota PGRS-PARAKU di Sintang, Sanggau dan Bengkayang. Selama menjadi komandan tempur dan melakukan operasi teritorial, ia bisa menemukan kata mutiara, bagaimana menarik simpati warga kepada tentara, supaya bisa dimanfaatkan melawan PGRS-PARAKU.

Ada lima P. Pertama, pendekatan. Melakukan pendekatan pada masyarakat dan tidak boleh menjauhinya. Kedua, pengenalan. Setelah dekat, baru ada pengenalan. Mengenalkan diri, negara, dan rakyat. Tujuannya, supaya bisa menghantam lawan. Setelah pengenalan, tentu ada suatu kesamaan. Ketiga, penyatuan. Integrasi antara tentara dan masyarakat dengan adanya penyatuan. Keempat, pembinaan. Tindaklanjutnya, diadakan pembinaan terus menerus kepada masyarakat, dan jangan sampai terputus di jalan. Kelima, pemantapan. Sikap yang sama antara tentara dan masyarakat, untuk menghancurkan lawan.

“Lima hal dalam pelaksanaan operasi teritorial tersebut, tenyata sangat mujarab dalam melaksanakan operasi tempur,” kata Zaenal.

Martin Blumenson dan James L. Stokesbury, dalam Master of The Art of Command, memberi satu contoh bagus penaklukan tanpa peperangan di Maroko. Yang ketika itu dikuasai Perancis. Jenderal George S Patton, Jr, merupakan jenderal dalam berbagai peperangan besar semasa perang Dunia II. Pada November 1942 – Maret 1943, dia melakukan tugas berbeda. Tidak melalui pertempuran, tapi dengan cara politis dan diplomatis. Dia mengandalkan kegemilangan dan pertunjukkan seremonial, serta manfaat peristiwa kemasyarakatan. Tidak ada tempat lain, dimana ia mempertunjukkan dengan lebih baik keberadaan dan daya tarik sosialnya, serta kegemilangan pribadinya, untuk kepentingan diplomasi, selain di Maroko.

Patton merasa, bukanlah tugasnya untuk menaruh perhatian pada masalah-masalah politik, sosial, rasial, dan keagamaan di Maroko. Ia memandang tugasnya sebagai kewajiban untuk menjaga ketertiban dan stabilitas di negeri itu, sehingga kekuatan militernya tidak perlu terlibat pada apa yang dipandangnya sebagai suatu missi perubahan. Kekuatan bersenjata Amerika di Maroko, bukan untuk mengubah bentuk negara, memperbaiki keadaan sosial, atau mengganti hukum yang mengekang. Tetapi untuk siap dan berperang melawan musuh.

Dalam pandangan Zaenal, selain menggunakan cara lima P, untuk memisahkan masyarakat dengan PGRS-PARAKU pada perang antigerilya, juga menyingkirkan para suplier pemasok kebutuhan gerilyawan.

Bagaimana cara memisahkannya?

Kenyataannya, anggota PGRS-PARAKU hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan para suplier di perbatasan. Cara untuk memutus suplai ini, orang Cina yang ada di perbatasan harus dipindahkan.

“Kenyataannya mereka ini memang membantu. Tanpa bantuan, tak mungkin bisa bertahan lama para PGRS-PARAKU ini,” kata Zaenal.

Kondisi masyarakat Cina di perbatasan ketika terjadi operasi penumpasan PGRS-PARAKU memang serba sulit. Ibarat buah simalakama. Dimakan ayah mati. Tidak dimakan, ibu yang mati. Ketika para gerilyawan datang minta makan dan berbagai kebutuhan pangan, mau tak mau mereka harus memberikannya. Kalau tidak memberikan, nyawa mereka terancam. Nah, kalau memberikan makanan, dianggap membantu pergerakan mereka. Sehingga dimusuhi tentara.

Hal ini pernah terjadi pada XF Asali. Saat itu, dia menjabat sebagai kuasa direktur CV Sinar Kapuas di Pontianak. CV ini bergerak di ekspor dan impor beras, gula dan kopra. Sekarang ini, nama CV tersebut berubah menjadi Bumi Raya.

Sebagai pedagang, dia tentu tidak bisa melarang pembeli. Atau, bertanya pada pembeli, bakal dibawa ke mana beras atau gula tersebut. Kalau dibawa ke perbatasan, tidak diperbolehkan. Hal itu, tentu saja tidak bisa dilakukan.

Asali pernah didatangi tentara dan diinterogasi.
“Kau ini pendukung komunis, ya?”
“Tidak ada, Pak.”
“Tidak ada. You punya karung beras sampai di perbatasan.”

Kondisinya serba salah. Ketika beras dan gula sampai di perbatasan, bukan berarti dia menjadi pendukung para gerilyawan. Toh, pembeli berhak membawa ke mana pun, barang yang mereka beli.

Lalu, bagaimana cara memutuskan logistik dan memindahkan masyarakat Cina dari daerah perbatasan?

“Caranya menciptakan supaya orang Dayak melawan Cina. Ini ada suatu cara dan tidak bisa saya sebutkan, karena saya tidak tahu. Ini dari Kodam,” kata Zaenal.

Menurutnya, orang Cina dan Dayak yang hidup di perbatasan, punya kesamaan cara hidup dengan orang PGRS-PARAKU. Mereka sudah lama saling berinteraksi. Dari segi makanan dan berbagai kebiasaan, ada kesamaan.

Masalahnya adalah, bagaimana memisahkan orang Cina dan Dayak. Karena ada semboyan, siapa yang bisa menguasai massa, mereka akan menang. Karena itulah, diadakan suatu usaha, memisahkan antara orang Cina dan Dayak.

Dibuatlah suatu cara menciptakan sifat permusuhan. Dengan bahasa sederhananya, bagaimana supaya orang membenci Cina. “Caranya tidak tahu, karena ini operasi intelejen. Dan bukan bidang saya menjelaskannya,” kata Zaenal.

Operasi intelejen berbeda dengan operasi tempur. Tanpa pertempuran, tapi bisa menciptakan pergolakan. Semuanya tidak langsung. Operasi intelejen dilakukan dengan cara menghembuskan permasalahan, sehingga masyarakat menangkap isu itu. Dengan munculnya isu, timbul rasa tidak aman. Sehingga orang merasa tidak aman dan meninggalkan tempat tinggalnya.

Akibat tidak aman, ada pihak memanfaatkan kondisi. Misalnya, kampung yang sudah ditinggalkan, barangnya dijarah dan diambil. Atau, orangnya belum pergi, tapi barangnya dijarah dan dirampok. Akhirnya, berita itu merembet ke berbagai tempat. Orang yang mendengar langsung ikut mengungsi.

Saat itu yang memimpin operasi intelejen adalah Mayor Romli. Sekarang sudah meninggal. Jabatan terakhir sebagai Wakil Asisten Intel (Waasintel) Kodam XII Tanjungpura. Pangkat terakhir Letnan Kolonel.(bersambung

Friday, February 15, 2008
The Lost Generation (6)
Derita Warga Perbatasan

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Di mana pun daerah yang dijadikan basis operasi militer, penduduk selalu mengalami kesusahan. Mau tak mau, mereka harus membantu operasi yang tentara jalankan. Bila tidak, mereka bakal susah sendiri. Atau, malah dianggap mendukung musuh tentara atau negara. Begitu juga warga di pedalaman Kalbar, ketika daerah mereka dijadikan daerah operasi tentara.

Selain direkrut untuk menggempur PGRS-PARAKU, penduduk lokal juga ditugasi mengangkut beras, dan perbekalan. Istilahnya sebagai patok atau ngambin. Mereka juga dijadikan kurir. Imbalannya cuma makan saja.


Seorang penduduk dari Dusun Sebol, Desa Tiga Berkat, Kecamatan Lumar, Kabupaten Bengkayang, menuturkan pengalamannya semasa ikut tentara.

Namanya Durani, 79 tahun. Durani ikut tentara karena ditunjuk oleh kepada desa. Selama ikut tentara, dia tidak digaji. Hanya dapat makan saja. Padahal, dia sudah punya empat anak. Durani ikut tentara selama satu tahun. Dia bertugas sebagai penunjuk jalan, bawa barang dan memanggul senjata.

Setiap desa diwajibkan mengirim warganya. Bahkan, setiap rumah harus ada satu orang menjadi wakil, untuk membantu tugas tentara. Kalau orang tua di rumah tak bisa berangkat, anaknya mewakili. Tiap kepala kampung wajib mengirim warganya.

Mereka bertugas sebagai pemandu dan penunjuk jalan. Juga wajib menjadi pembawa barang. Sekali bawa sekitar 30 kilogram. Tak hanya itu, mereka juga harus ikut menumpas PGRS-PARAKU. Masyarakat membawa tombak dan mandau.

Kenapa warga membantu tugas tentara?

“Karena PGRS-PARAKU memberontak terhadap pemerintah Indonesia,” kata Durani. Karena dianggap memberontak, masyarakat bergerak dan menumpas pemberontakan PGRS-PARAKU. Masyarakat berpendapat, barang yang diseludupkan ke hutan, untuk dibawa ke Tionghoa dan digunakan melawan pemerintah Indonesia.

“Itulah yang dilakukan PGRS-PARAKU,” kata Durani.

Penduduk di daerah itu serba salah. Orang yang tidak mau ikut PGRS-PARAKU, akan diculik, dibawa ke hutan dan dibunuh. Kalau tidak mau membantu tentara, dianggap anggota PGRS-PARAKU atau kaum komunis.

Pertama kali ikut tentara, Durani menjadi penunjuk jalan. Dia dianggap mengetahui dan menguasai seluk beluk hutan di sana. Selain penunjuk jalan, Durani juga membawa barang. Beratnya berkisar 10-20 kilogram. Dalam setiap operasi yang dilakukan, biasanya satu Regu, 11 tentara didampingi 8 penduduk lokal. Bila jumlah tentara satu Kompi, 100 tentara, didampingi sekitar 50 orang kampung. Setiap kampung ada posko dan diisi satu Peleton, 26 tentara.

Setiap jalan dengan tentara, waktunya bisa seminggu hingga beberapa bulan. Setelah itu, baru pulang ke kampung. Selama di perjalanan, orang kampung biasanya berjalan paling depan.

“Karena Tuhan adil, kami selamat,” kata Durani.

Sebagai penunjuk jalan, Durani tahu betul, daerah yang pernah dilewati orang atau tidak. Salah satu cirinya, kalau ada jejak babi banyak, berarti tidak dilewati atau tidak ada manusia.

Setelah lama ikut tentara, Durani boleh membawa senjata otomatis laras panjang. Seperti, AK 47. Senapan serbu legendaris buatan Rusia ini, memiliki 30 peluru tiap magazine. Namun, dia lebih senang membawa senapan lantak.

“Lebih ringan,” katanya.

Senapan lantak sekali isi, sekali tembak. Bubuk mesiu dari cendawa. Yang terdiri dari garam Inggris, belerang dan kayu Lempung yang dibakar. Ramuan itulah yang digunakan sebagai mesiu. Sebagai peluru, digunakan gotri. Akibat sering menggunakan senapan lantak, telinga Durani sudah berkurang kemampuannya. Ia menggunakan alat bantu pendengaran, sekarang.

Melihat ada penduduk lokal ikut berperang dengan tentara, biasanya para gerilyawan menghindari konfrontasi dan masuk ke hutan. Malam-malam mereka lari. Dia pernah bertempur langsung dengan pasukan PGRS-PARAKU. Kalau ada anak atau perempuan tidak akan dibunuh. Mereka akan dipungut anak atau diasuh.

Selama ikut operasi tentara, berbagai pengalaman pernah dijalani. Banyak tentara yang tewas dalam operasi. Pernah ada tentara dari Kompi D Siliwangi, habis. Hanya ada dua orang yang selamat. Truk pengangkut tentara hangus terbakar. Tak hanya tentara. Juga polisi. Ada satu polisi ditembak di Jelantang. Senjatanya diambil.

Banyak juga pasukan kena ranjau gerilyawan. Ranjau berupa lubang tertutup semak dan dedaunan. Di lubang itulah, beberapa bambu runcing dipancang tegak ke atas. Bila ada yang terperosok dalam lubang. Paha akan tertancap bambu runcing tersebut.

Akibatnya, pasukan bergerak lambat, karena ada anggota yang harus ditandu. Dan bagian orang kampung bertugas menggotong tentara yang menjadi korban. Durani pernah membawa pasukan terkena ranjau. Berjalan tengah malam hingga pagi dalam kondisi hujan.

Pengalaman yang sama, pernah dialami Abin, 76 tahun. Dia pernah ikut tentara selama beberapa bulan. Suatu ketika, ada pasukan terkena lubang ranjau. Bersama seorang penduduk, dia bertugas memikul tentara dengan tandu.

Tandu terbuat dari dua kayu. Dia dan rombongan pasukan berjalan dari pukul 6 sore hingga pukul 4 pagi. Dalam kondisi di tengah hutan, hujan dan tidak makan. Tidak boleh bawa senter, karena mudah diketahui musuh.

“Zaman itu sakit, lalu,” kata Abin, “namanya juga diperintahkan, terpaksalah.”

Begitu juga dengan Nasir, 56 tahun, warga Dusun Mulo. Dia ikut tentara enam bulan. Nasir berjalan ke berbagai daerah di sekitar Bengkayang. Keluar masuk hutan, hingga masuk ke Gunung Brambang dan Nyiut. Menurutnya, banyak gerilyawan di Gunung Sungkung atau biasa disebut Sungkung Compleks.

Sulitnya medan menyulitkan operasi penumpasan. Pasukan Batalyon 641, Beruang Hitam, Singkawang, pernah terjebak banjir selama sebulan, tanpa makanan dan perbekalan di Piong San, Bengkayang. Selain itu, kesamaan pemahaman dan teori, karena PGRS-PARAKU pernah dilatih tentara RI, membuat operasi tidak berjalan dengan baik. Banyak jatuh korban di pihak tentara.

Selain itu, ada sebagian pasukan dari Kodam VII Diponegoro yang “kecewa”. Pasukan ini paling banyak korban ketika Dwikora, konfrontasi dengan Malaysia. Sebagian besar penghuni Taman Makam Pahlawan di Singkawang, berasal dari pasukan Diponegoro.

Hal ini membuat banyak muncul pasukan bayangan. Pasukan Diponegoro ini, dianggap paling sering perang dengan tentara RI sendiri. “Pasukan Diponegoro pernah melawan Batalyon 330 Kujang dan Batalyon 303 Bukit Barisan,” kata Durani.

Meski begitu, di Bengkayang inilah, banyak pimpinan PGRS terbunuh. Seperti, Tambi dan A Siong. Ada juga pimpinannya yang gantung diri, dari pada tertangkap tentara. Seperti, Ki Siong, Pan Hin, dan Lo Yan.

Kewajiban membantu tentara tak hanya berlaku pada orang tua. Seorang penduduk Desa Lumar, ketika itu berumur 12 tahun, juga mendapat kewajiban membantu tentara. Namanya Gubang. “Saat itu, kalau ada yang menolak, akan langsung dianggap pro Tionghoa,” kata Gubang.

Satu bulan sebelum diturunkan, dia diberi berbagai latihan kemiliteran di Sanggau Ledo. Bahkan, setelah sekian lama ikut militer dan dilatih, rencananya juga dikirimkan ke Tim-Tim.

Dia sering ketemu orang mati di hutan. Dia pernah membantu tentara dengan membawa mortir. Dengan senjata itu, markas PGRS di Bubuk, Bintang 12, digempur.

Selama ikut tentara, dia biasa makan-makanan kaleng. Makanan kaleng tentara Indonesia, biasanya dari malaysia. Setiap jalan ada 12 tentara dan 7-8 orang kampung. Tentara juga melakukan operasi pagar betis. Operasi ini dilakukan hingga 12 tahun.

Setelah ikut membantu tentara selama bertahun-tahun, Gubang dipercaya membawa senjata LE atau Sten Gun. Dia pernah terjebak dengan tentara dan dikepung banjir selama satu bulan. Tak ada bantuan makanan. Ia biasa ikut pasukan Bukit Barisan. Ketika ada perekrutan tentara, Gubang tak bisa masuk karena tingginya dianggap kurang. Dia tak pernah mendapatkan gaji atau pensiun.

Gubang adalah potret masyarakat perbatasan yang menjadi daerah operasi militer. Mereka harus menyerahkan hidupnya. Membantu tugas dan operasi tentara.

“Kita bantu negara secara luar biasa. Sampai tak punya waktu untuk sekolah,” kata Gubang. Dia tak sempat menamatkan pendidikan sekolah dasarnya, karena ke hutan terus.(

Saturday, February 16, 2008
The Lost Generation (7)
Hidup yang Terampas

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Dia bernama Lengken. Usia 68 tahun. Orangnya tinggi besar. Rahangnya kuat dan kokoh. Wajahnya terlihat persegi. Alis matanya tebal. Di bawah alis itu, sepasang sorot mata selalu menatap. Tajam dan menghujam. Tatapannya tak mau lepas dari orang di hadapannya. Sorot mata itu, penuh selidik.

Hari itu, aku bertemu beberapa warga Dusun Molo. Aku bersikap biasa saja, menghadapi situasi seperti itu. Toh, aku tak bermaksud jahat. Aku ulukkan salam dan berjabat tangan. Tangannya lebar dan besar. Kokoh dan kasar telapaknya. Menandakan si empunya pekerja keras dan mengandalkan tenaga, dari dua belah tangan itu.


Aku jelaskan maksud kedatanganku. Arti penting wawancara dengannya. Arti penting tulisan yang sedang disusun, bagi generasi sekarang dan mendatang. Yang pasti, tulisan itu tidak bermaksud membuka luka lama. Menjelekkan seseorang, golongan, atau suatu institusi.

“Tulisan ini hanya sebuah cermin. Supaya generasi mendatang bisa berkaca dari peristiwa yang pernah terjadi,” kataku menjelaskan padanya.

Lengken bicara kepada orang di sekitarnya. Pakai bahasa Dayak. Setelah itu, bicara lagi padaku. Lalu, bicara lagi pakai bahasa Dayak. Kemudian, bicara lagi padaku. Situasi itu berlangsung hingga 15 menit lebih.

Aku bersikap santai saja. Minta izin padanya, menikmati rokok linting tembakau yang sedari tadi dihisapnya. Setelah menjumput tembakau, selembar kertas tipis pun berpindah tangan. Aku melinting dan membuat rokokku sendiri. Hemmm, nikmat juga. Walaupun rasanya agak keras dan menyedak. Sebagian besar orang di dusun ini, membuat rokok dengan cara melinting sendiri.

Kubiarkan ia bercakap dengan orang di samping kiri dan kanannya. Suaranya besar dan berat. Memenuhi seluruh ruangan. Suara itu, seolah saling berebut dengan bunyi hujan, tuk tampil paling jelas dan bisa didengar.

Sejurus kemudian, dia menoleh padaku dan mulai bicara. Aku mendengarkan. Mencatatnya di buku. Merekam dengan tape. Dan mulai bertanya. Lengken tetua kampung di Dusun Molo.

Sebagai mana penduduk di dusun itu, dia juga kebagian tugas membantu tentara, sebagai pengangkut barang. Dia pernah ikut Batalyon 328 dan 330 dari Kujang. Batalyon 328 Kujang II pernah bertugas mengejar dan menangkap DI/TII, Kartosuwiryo.

Ketika bertugas di Bengkayang, pimpinannya bernama Alex. Ada dua Kompi; Kompi A dan C. Satu Kompi berjumlah 100 orang. Kompi A ke Piong San Papan dan Kompi D ke Piong San.

Suatu ketika, Lengken dan Kompi C ke Piong San Papan. Di tengah perjalanan, pasukan bertemu dengan orang Cina. Tentara menginterogasi.
”Mau ke mana?”
“Ke Bengkayang. Ada urusan.”

Setelah digeledah, ditemukan setengah kilogram emas dan uang satu juta. Karena tidak mau mengaku dari mana dan untuk apa, uang dan emas itu, orang Cina itu direndam dalam sungai. Sangking kesalnya, seorang prajurit dari Kompi C berkata padanya.
“Sudahlah begini saja. Kalau kamu tidak mau mengaku, jari tanganmu akan kami potong satu persatu dengan pisau,” kata sang serdadu.

Lalu, salah satu jarinya diletakkan di papan kayu. Pisau sudah ditempelkan di atas tangannya. Serdadu mulai menghitung.

“Ini sebagai penutup. Satu-dua-tiga...”

Ketika mata pisau akan memotong salah satu jari, orang itu bergegas menarik tangannya. Ia menyerah. Lalu, memberitahu keberadaan dan kekuatan pasukan PGRS.
Pasukan PGRS ada 300 orang. Mereka bersembunyi di antara Bubu dan Piong San. Pimpinannya bernama Lo Chong. Dia bersenjata pistol. Wakilnya Heru. Senjatanya Thomson.

Penjagaan markas PGRS ada tiga tempat. Penjaga pertama ada di atas pohon. Jumlahnya dua orang. Penjaga kedua ada di tempat dijaga. Masing-masing dua orang.
Setelah mendengar informasi itu, pasukan siap dalam setengah jam. Pukul 17.30 wib, pasukan berangkat. Sampai di persembunyian PGRS pukul 21.00 wib. Setelah itu langsung terdengar tembakan.

Pasukan PGRS kocar-kacir. Mereka lari menuju Gunung Brambang. Di gunung inilah, banyak kekuatan PGRS berkumpul. Bahkan, ada salah satu panglimanya, Yap Cung Ho.
Untuk melumpuhkan pasukan PGRS, tentara menggunakan penyemprot api. Seluruh area disiram dengan api. Sebelum melakukan, masyarakat diminta pindah terlebih dahulu.

Selain mengajak orang Dayak setempat membantu operasi penumpasan, tentara juga mengajak para sukarelawan dari berbagai macam suku dan etnis di Kalbar. Salah satunya, Bustaman, 73 tahun. Dia kelahiran Roban, Singkawang.

Dia ikut operasi yang dilakukan tentara Kujang. Setiap melakukan operasi, jumlahnya 11 orang atau satu regu. Operasi dilakukan di Matangkuring, Bengkayang. Bersama kelompoknya, dia berangkat dari markas tentara di Samalantan, perbatasan antara Singkawang dan Bengkayang. Dari markas, biasanya jalan kaki dari pinggir jalan raya. Setelah itu, masuk ke hutan dan mencari para gerilyawan.

Bustaman menyandang senjata Thomson. Dia pernah jadi tentara Heiho, zaman Jepang. Seperti juga yang lain, Bustaman membantu operasi tentara dan tidak mendapat gaji. Hanya dapat makan saja. Tentara melakukan operasi pagar betis. Masyarakat diminta membantu. Kondisi saat itu, seolah-olah PGRS-PARAKU terlibat PKI.

Setiap operasi langsung balik ke asrama, hari itu juga. Dia ikut operasi tentara setahun lamanya. Bustaman mengenakan seragam tentara dan makan ransum dari makanan kaleng.

Dalam melakukan pengejaran terhadap para anggota PGRS-PARAKU, berbagai macam pengalaman pernah dialami. Mulai dari konflik bersenjata, hingga menemukan anak di tengah hutan. Setiap melakukan pengejaran, warga sipil seperti dirinya, selalu berada di barisan paling depan. Tentara berada di belakang.

Anggota PGRS punya pos di atas pohon. Pos berfungsi mengintai pasukan atau kedatangan tentara. Tingginya sekitar tiga sambung. Maksudnya, batang kayu yang disambung. Satu sambung sekitar enam meter.

Dalam suatu operasi, dia bersama regunya ketemu pos PGRS-PARAKU di hutan. Pos itu lebarnya sekitar empat kali sepuluh meter. Atapnya dari daun. Sempat terjadi baku tembak. Di pos itu ada sekitar 20 orang. Anggota PGRS-PARAKU banyak menjadi korban.

Selama menyusuri hutan, dia kerap menemukan mayat berserakan di hutan. Jumlahnya banyak sekali. Kalau mereka mau makan, mengalami kesulitan, karena di mana-mana ada lalat. Mayat anggota PGRS-PARAKU dibiarkan saja. Tapi, kalau mayat tentara, akan dibawa pulang dan digotong dengan tandu. Banyak dari mayat, kondisinya rusak dimakan babi hutan. Tulang belulang berserakan di berbagai tempat.

Bustaman pernah membawa tulang dengkul orang yang telah mengering. Tulang itu dibawa pulang, dan diletakkan di pinggir rumahnya.

Suatu hari menjelang maghrib, pasukannya menemukan dua anak. Lelaki dan perempuan. Usianya, delapan dan tujuh tahun. Keduanya keluar dari lubang kayu. Seluruh badan anak tergores duri tanaman hutan. Keduanya dibekali kerak nasi oleh orang tuanya.

Ketika ditemukan, ada anggota pasukan yang berniat menembaknya. Tapi, Bustaman melarang. Dia membawanya ke rumah. Ketika hendak pulang, pasukan ketemu anggota gerombolan PGRS. Bustaman langsung melepas anak itu dari gendongannya. Dia dan pasukannya mengejar anggota PGRS. Yang dikejar tak dapat ditangkap. Anggota PGRS itu berlari dengan cara merunduk seperti babi. Cepat dan gesit. Setelah itu, langsung masuk ke semak-semak hutan.

Setelah tak dapat menangkap anggota gerombolan, Bustaman mencari anak itu lagi. Sang anak ditemukan. Dia langsung membawanya ke rumah. Padahal, Bustaman sudah punya delapan anak.

Ripin, temannya membawa anak lelaki. Bustaman kebagian anak yang perempuan. Dua anak itu tak bisa bicara Indonesia. Dia juga tidak tahu namanya siapa. Akhirnya, Bustaman memberi nama Minah, padanya. Kini, anak asuhnya tinggal di Pontianak.

Bustaman mendapat penghargaan dari pasukan Kujang. Ia ditawari menjadi tentara. Namun, ia tak mengurusnya, sehingga tak bisa menjadi tentara. Uang pensiun pun tak dapat.